Hadir di Konferensi SDM, Menaker Bicara Perubahan Dunia Kerja

Hadir di Konferensi SDM, Menaker Bicara Perubahan Dunia Kerja

Tia Reisha - detikFinance
Selasa, 06 Nov 2018 17:50 WIB
Foto: Kemnaker
Jakarta - Menteri Ketenagakerjaan M. Hanif Dhakiri mengingatkan praktisi Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) agar memberi perhatian khusus terhadap masalah transformasi industri, transformasi pekerjaan, dan transformasi skill. Dia meyakini ketiga transformasi di bidang ketenagakerjaan tersebut akan mempengaruhi seluruh pola hubungan di dalam bisnis atau perusahaan di Indonesia.

"Ini merupakan tantangan yang kita harus lalui dan selesaikan. Saya meyakini praktisi HR (Human Resources), termasuk orang-orang penting harus terlibat dalam transformasi," ujar Hanif dalam keterangan tertulis, Selasa (6/11/2018).


Saat menjadi keynote speaker dalam acara Conference Chief of Human Resources Officer (CHRO) yang digelar Perhimpunan Sumber Daya Manusia Indonesia (PMSM Indonesia), Hanif juga mengatakan di era digitalisasi atau otomatisasi sekarang pola-pola hubungan kerja, kepemilikan (perusahaan), dan cara pengembangan karir akan berubah dan berbeda dari sebelumnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hanif mencontohkan industri baru berbasis e-commerce seperti GoJek, Grab dan lainnya memiliki hubungan kerja yang sulit untuk diverifikasi.

Ia juga mengatakan bahwa International Labour Organization (ILO) bahkan menyebutnya sebagai the new form of employment.

"Jadi mereka menyebut sebagai partner, mitra, tapi juga rasa-rasa pekerja. Mitra rasa pekerja. Pekerja rasa mitra. Jadi tidak jelas dan perlu pembahasan lebih lanjut," lanjut Hanif.


Ia juga mengatakan sangat banyak hal yang mengalami perubahan sebagai dampak perkembangan teknologi informasi masif dan cepat yang akan merubah semua hal tersebut.

"Ini PR para praktisi MSDM untuk memastikan agar orang seperti saya punya masa depan. Kalau tak memiliki gagasan atau terobosan untuk mengelola dunia baru yang penuh perubahan ini, terus kita-kita ini bagaimana? Jangan sampai perubahan dunia ini membuat saya tak punya karier," tegasnya.

Di Indonesia, lanjut Hanif, tantangan praktisi MSDM cukup besar, yakni tidak adanya karier untuk 33 juta pekerja Indonesia. Yang mengkhawatirkan adalah 33 juta pekerja Indonesia terjebak dalam posisi yang sama di level terbawah dalam sebuah industri.

"Ini juga harus diberi perhatian. Ketika tak memiliki karier, maka masa depan generasi berikutnya akan bermasalah. Jika tantangan ini tidak bisa dihadapi maka di tahun 2020-2030, saat Indonesia mengalami bonus demografi maka kita akan menghadapi bencana besar," ujarnya.

Hanif menambahkan pemerintah telah membuat tripple skilling, yakni skilling, re-sklinng, dan upskilling, untuk memastikan masyarakat memiliki keterampilan dan kompetensi, sekaligus memiliki kemampuan meng-update maupun merubahnya dalam waktu yang tidak terlalu lama.

"Kita harus beri akses dan kesempatan masyarakat untuk merubah skill-nya dengan cepat pula. Akses dan mutu people skill saat ini sedang kita genjot di Kemnaker dan tempat-tempat latihan yang dimiliki pemerintah," katanya.

Hanif melanjutkan bahwa meski menghadapi banyak tantangan, praktisi MSDM juga diminta untuk bersikap optimistis dan berpikir positif. Sehingga bisa menyambut perubahan tersebut dengan semangat positif dan penuh optimisme.

"Revolusi industri memiliki dampak luar biasa. Tetapi percayalah, pada akhirnya manusia akan mampu bertahan menghadapi perubahan yang cepat tersebut," pungkas Hanif. (mul/mpr)

Hide Ads