Salah seorang petani garam, Warsin warga Desa Tambakomben Kecamatan Kaliori menyebutkan, garam yang dijemur secara otomatis akan mencair dan rusak jika diguyur air hujan. Sehingga, saat musim penghujan tiba, para petani tidak akan bisa memproduksi garam.
"Ya ini saya panen terakhir, kayanya saya petani disini yang paling terakhir panen. Semalam turun hujan cukup deras, ada 4 lahan tambak yang saya garap gagal panen semua, ini beruntung ada yang sebelumnya sudah saya keruk, jadi ini tinggal angkut," kata Warsin saat ditemui detikcom, Kamis (8/11/18).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Luhut: 2020 RI Tidak Impor Garam Lagi |
"Kemarin terakhir saya jual sekitar Rp 1.000 sampai Rp 1.200, tapi belum tahu kalau ini. Apalagi kondisinya seperti ini, ya itu jelek gitu campur lumpur. Paling ya dibawah Rp 800 ini," imbuhnya.
Petani lainya, Suparman, warga Desa Purworejo Kecamatan Kaliori, mengatakan, nantinya lahan tambak garam miliknya yang menganggur ketika musim penghujan rencananya akan dialihfungsikan menjadi lahan tambak bandeng.
Baca juga: Penampakan Tambak Garam Raksasa di China |
"Kemarin selama musim kemarau selama 6 bulan kalau gak salah kita garuk garam, sekarang sudah mulai stop. Garam kita jual ke pengepul, sama pengepulnya mungkin nanti ya ditimbun dulu di gudang buat stok pas musim penghujan," jelasnya. (hns/hns)