Ekonom INDEF Bhima Yudhistira Adhinegara menjelaskan penguatan ini merupakan respons pasar atas kebijakan Bank Indonesia (BI) yang kemarin menaikkan bunga acuan sebesar 25 bps menjadi 6%.
"Kebijakan BI menaikkan bunga acuan 25 bps jadi 6% diapresiasi pasar menunjukkan bahwa BI sangat pre emptive terhadap rencana naiknya Fed rate bulan Desember," kata Bhima saat dihubungi, Jumat (16/11/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Mantap! Rupiah Paling Perkasa di Asia |
Dia menambahkan pada penutupan bursa hari ini investor asing tercatat melakukan pembelian bersih atau net buy Rp 1,65 triliun.
Kemudian selain faktor domestik, dari faktor global ada tren menurunnya harga minyak ke angka di bawah US$ 70 per barel untuk acuan Brent.
"Bagi Indonesia yang mengandalkan impor minyak ini kabar gembira karena inflasi bisa ditekan," ujar dia.
Kemudian proses Brexit dengan mundurnya beberapa menteri kabinet Theresa May juga positif untuk rupiah. Dana asing dari Eropa kembali masuk ke Indonesia.
Dari data RTI, Jumat (16/11/2018), nilai tukar rupiah hari ini bergerak di level Rp 14.595 dan Rp 14.665.
Rupee India menjadi mata uang Asia terkuat kedua setelah rupiah. Rupee menguat 0,19 poin atau 0,26%. Rupee hari ini bergerak di level 71,792 dan 71,977.
Yen Jepang menjadi mata uang selanjutnya yang menguat di Asia hari ini. Yen Jepang menguat 0,23 atau 0,20% dan bergerak di level 113,36 dan 113,60.
Mata uang Thailand Baht juga menguat 0,10 atau 0,03%. Baht bergerak di level 32,930 dan 32,970. (kil/ara)