Bukan pertama kali Prabowo bersuara mengenai masalah tersebut. Saat bertemu relawan emak-emak Bali, Prabowo juga mengatakan 99% masyarakat Indonesia hidupnya pas-pasan.
"Hasil ini adalah data, fakta yang diakui oleh Bank Dunia, oleh lembaga-lembaga internasional. Yang nikmati kekayaan Indonesia kurang dari 1 persen. Yang 99 persen mengalami hidup yang sangat pas-pasan, bahkan sangat sulit," kata Prabowo kata dia di Inna Heritage Hotel, Bali, Jumat (19/10/2018)
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Bukan data kita, itu bukan perhitungan kita, saya nggak tahu itu dari siapa," kata Ekonom Senior Bank Dunia Vivi Alatas di UI Depok, Senin (12/11/2018).
Vivi menjelaskan saat ini 22% masyarakat Indonesia masuk dalam kategori kelas menengah. Kemudian 5% masuk kelas atas, 45% golongan kelas menengah namun tidak miskin dan tidak rentan, serta 9% masuk dalam kategori warga miskin.
Menurut Vivi, orang miskin di Indonesia bergantian. Dia mencontohkan, saat terjadi bencana, orang bisa masuk dalam kategori miskin.
Vivi juga menuturkan, salah satu faktor penyebab kemiskinan adalah harga beras yang tinggi. Dia menyebut, hal tersebut karena beras adalah komoditas yang sangat penting untuk seluruh rakyat Indonesia.
"Jadi setiap ada 10% kenaikan harga beras maka ada 1,2 juta orang miskin baru," tutup dia.
Kemarin, capres no urut 2 itu kembali menyinggung soal itu di Garut Jawa Barat. Prabowo juga mengaku itu data dari bank dunia.
"Kekayaan bangsa Indonesia tidak tinggal di Indonesia. Kekayaan bangsa Indonesia mengalir ke luar karena itu, tidak mungkin Indonesia sejahtera. Tidak mungkin Indonesia kuat, karena yang nikmati kekayaan hanya segelintir orang saja. Kurang dari 1% dan itu bukan Prabowo Subianto yang bicara, itu adalah Bank Dunia dan itu saya tuangkan dalam buku saya, Paradox Indonesia," kata Prabowo kemarin.
(zlf/zlf)