Ketua APKINDO Martias mengatakan saat ini kondisi industri ekspor kayu lapis mengalami penurunan dibandingkan tahun 1987-1997. Ia mengungkapkan penurunan dari sisi volume sebesar 63% dan dari nilai sebesar 45%.
"Tahun 2018 diperkirakan ekspor kayu lapis tinggal sekitar kurang lebih 3 juta m3 dengan nilai sekitar US$ 1,8 nukuar yang dibandingkan dengam masa keemasan turun 45% dari sisi nilai dan turun 63% dari sisi volume," jelas dia dalam pembukaan acara Munas APKINDO di Fourseason, Jakarta, Senin (26/11/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lebih lanjut, ia mengungkapkan penurunan itu disebabkan tingginya biaya produksi yang berkaitan dengan bahan bakar minyak (BBM) dan PPN sehingga membuat produk kayu lapis kehilangan daya saing.
"Apalagi, ditambah industri kayu lapis harus menambah lebih dari 50% ekstra modal kerja akibat harus menanggung PPN atas kayu bulat yang proses restitusinya sulit dan memakan waktu yang lama bahkan ada yang sampai 2 tahun, sehingga mengganggu cash flow perusahaan," ungkap dia.
Baca juga: Ini PR Terbesar RI agar Jadi Negara Maju |
Sementara itu, Munas ini berlangsung selama dua hari dari 26 hingga 27 November ini.
Tonton juga 'Warga Jombang Sulap Kayu Limbah jadi Karya Jutaan Rupiah':