Jonan menyebut, biaya pengembangan itu turun dari sebelumnya US$ 25 miliar hingga US$ 26 menjadi US$ 20 miliar hingga US$ 21 miliar.
"Masela ini sudah diskusi, mungkin nanti PoD (Plan of Development) pertamanya mudah-mudahan karena sudah pre-FEED selesai, dari US$ 25-26 miliar bisa kurang US$ 20-21 miliar," kata dia di Hotel Raffles, Jakarta Selatan, Senin (26/11/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jonan menuturkan, penurunan ini akan mengurangi beban negara. Sebab, pengembangan blok memakai skema cost recovery.
"Ini yang harus dihindari ini cost recovery lho nanti diklaim juga," tambahnya.
Amien Sunaryadi yang kala itu menjabat sebagai Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mengatakan, pre-FEED masih berjalan.
"Masela itu sedang dilakukan pre-FEED. Konsultannya sedang menyelesaikan pre-FEED, kemudian survei lokasi juga sedang dilakukan untuk menyelesaikan pre-FEED," kata dia pada 6 Juli 2018.
Baca juga: JK MInta Warga Ambon Ikut Kelola Blok Masela |
Saat itu, Amien juga mengatakan, pihak SKK Migas dan Inpex masih berkoordinasi terkait upaya menurunkan biaya dari pengembangan blok tersebut.
"Sedangkan di Jakarta, tim SKK dan Inpex kita sedang membahas terus bagaimana menurunkan cost. Cost cutting dibahas, kemudian juga menurunkan financial cost," ujarnya. (ara/ara)