Rupiah Melemah, BI: Bukan Karena Faktor Dalam Negeri

Rupiah Melemah, BI: Bukan Karena Faktor Dalam Negeri

Sylke Febrina Laucereno - detikFinance
Rabu, 05 Des 2018 20:22 WIB
Foto: Rengga Sancaya
Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) tercatat kembali mengalami pelemahan. Bank Indonesia (BI) menyebutkan hal ini terjadi karena adanya technical correction yang dipicu oleh risiko di pasar keuangan global terkait penolakan parlemen Inggris terhadap proposal Brexit yang telah disepakati Pemerintah Inggris dan Uni Eropa.

Direktur Eksekutif Departemen Pengelolaan Moneter BI Nanang Hendarsah menjelaskan jadi pelemahan ini bukan karena faktor ekonomi di dalam negeri.

"Hari ini seluruh mata uang dunia melemah terhadap dolar AS, termasuk rupiah. Rupiah ditutup di Rp 14.390 atau melemah Rp 105 (-0,74%) dibandingkan penutupan hari sebelumnya di Rp 14.285. Bukan karena adanya perubahan faktor fundamental di dalam negeri," kata Nanang, Rabu (5/12/2018).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Dia menjelaskan sejumlah pelaku pasar melakukan short covering US Dollar. Dalam sebulan terakhir, dengan respons terhadap rupiah yang sangat positif atas meningkatnya suku bunga kebijakan oleh BI, meredanya tensi sengketa dagang AS-Tiongkok, dan stance pejabat the Fed yang dovish atas arah suku bunga ke depan, banyak pelaku pasar mengambil posisi short dolar AS atau long rupiah.

Sehingga ketika terjadinya risk-off di pasar keuangan global, banyak yang mengurangi posisi short dengan membeli dolar AS.

"Itu merupakan dinamika pasar yang biasa dan temporer, bukan karena adanya perubahan view terhadap Rupiah dari positif menjadi negatif. Untuk menjaga confidence terhadap Rupiah dan memastikan market liquidity di pasar DNDF, Bank Indonesia membuka lelang DNDF," imbuh dia.

Nanang menyampaikan dengan pelemahan hari ini sebesar -0,74%, rupiah secara year to date melemah -5,0% masih jauh lebih rendah dibandingkan pelemahan mata uang emerging market lain seperti Chili (-7,82%) India (-9.32%), Afrika Selatan (-9,91%), Rusia (-13,7%), Brasil (-14,05%).

(kil/ara)

Hide Ads