Dalam Annual International Forum on Economic Development and Public Policy (AIFED), Nusa Dua, Bali Jumat (7/12/2018), Yuka memberikan perbandingan. Ongkos kirim barang dari Malaysia ke Indonesia ternyata lebih murah ketimbang sebaliknya, dari Indonesia ke Malaysia.
"Saya sendiri memang belum fokus jual ekspor ya, tapi masih memetakan kalau mau ekspor kira-kira bagaimana. Jadi ada teman basisnya ecommerce juga dan industri fashion cewek, saya tanya mahal nggak ngirimnya? Berapa? Dia bilang, (ongkos kirim) dari Malaysia cuma Rp 30.000 terus saya cek dari Indonesia ke Malaysia itu Rp 200-300 ribu," jelas dia dalam kesempatan.
Dalam kesempatan itu Yuka menyebut, kondisi tersebut menjadi salah satu hambatan utama pelaku usaha Indonesia untuk menggaet pasar ekspor.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam kesempatan yang sama, Kepala Badan Kebijakan Fiskal Suahasil Nazara memberikan tanggapan. Menurut Suahasil, fakta itu menjadi alasan kuat mengapa pemerintah saat ini gencar membangun infrastruktur.
Dengan infrastruktur yang memadai, Indonesia bisa menurunkan biaya logistik yang pada akhirnya meningkatkan daya saing industri di dalam negeri.
Namun disadari, Kementerian Keuangan tak bisa bekerja sendiri. Butuh dukungan instansi teknis terkait agar upaya peningkatan infrastruktur bisa tercapai.
Terlebih, pemerintah butuh dukungan masyarakat dan pelaku idustri itu sendiri agar cita-cita menjadikan Indonesia negara yang lebih baik dalam perekonomiannya bisa tercapai.
"Itu harus kita perbaiki makanya kita memperbaiki infrastruktur untuk menurunkan biaya logstik kita. Kita komunikasi, dan ini lintas sektoral memang," kata dia. (dna/dna)