Direktur Riset Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Pieter Abdullah Redjalam mengatakan bahwa ada kemungkinan dolar AS kembali ke level Rp 15.000. Pasalnya, saat ini kondisi rupiah masih rentan terhadap sentimen global.
Ia mencontohkan, sentimen yang dimaksud seperti hubungan perang dagang Amerika dengan China, hingga kenaikan suku bunga bank sentral The Fed.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Kenapa Rupiah Keok Lagi Lawan Dolar AS? |
Namun, kata Pieter, pemerintah pada dasarnya tidak akan membiarkan pelemahan rupiah mencapai hingga Rp 15.000 per dolar AS. Sebab, Bank Indonesia (BI) akan segera merespons dengan menaikkan suku bunga acuan atau melakukan intervensi.
"Tapi tentunya BI tidak akan diam saja. BI masih punya senjata untuk menahan pelemahan rupiah yaitu dengan menaikkan suku bunga atau melakukan intervensi. Hasilnya akan bergantung tarik menarik antara isu negatif global dan kekuatan kebijakan BI," jelasnya.
Baca juga: Dolar AS Melemah ke Level Rp 14.571 |
Pengamat Ekonomi dari INDEF Bhima Yudishtira juga mengamini ucapan Pieter. Ia memprediksi rupiah bisa melemah hingga Rp 15.000 per dolar AS sehingga BI dianggap perlu melakukan intervensi.
"Bisa ke Rp 15.000 lagi. Jadi tunggu The Fed tanggal 19 Desember, kalau menaikkan suku bunga acuan artinya BI mungkin juga menaikkan suku bunga acuan dengan tingkat yang sama," pungkas dia.
Tonton juga 'Perang Dagang AS-China, Siapa yang Rugi?':
(ara/ara)