-
Pemerintah mendapat kritikan dari mantan menteri sektor ekonomi terkait dengan kinerja nilai tukar
yang tekor.
Dia adalah Fuad Bawazier, Mantan Menteri Keuangan era Presiden Soeharto. Fuad memberikan penjelasan atas kritiknya dalam acara diskusi bertajuk 'Nestapa Ekonomi Indonesia" di Markas Pemenangan Prabowo-Sandi, Jakarta Selatan.
Bagaimana kritikan yang dilontarkan Fuad? Simak ulasan selengkapnya berikut:
Mantan Menteri Keuangan Fuad Bawazier menyebutkan penguatan rupiah yang belakangan ini terjadi murni bukan karena ekonomi nasional yang baik. Menurut dia, penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dikarenakan beberapa faktor yang sifatnya hanya sementara.
"Kurs membaik alhamdulillah, tapi bukan karena fundamental ekonomi kita yang membaik," kata Fuad dalam diskusi Rabu Biru di Markas Pemenangan Prabowo-Sandi, Jakarta, Rabu (19/12/2018).
Fuad menilai, faktor yang membuat nilai tukar rupiah menguat antara lain suplai valas dari ekspor masih rendah dibandingkan dengan impor.
Selanjutnya, kata Fuad, juga dikarenakan kebijakan kerja sama antara Bank Indonesia dengan pemerintah China dalam memberlakukan bilateral currency swap.
Fuad juga mengkritisi sejumlah kebijakan pemerintah yang ditujukan untuk mendorong kinerja ekspor yang dia rasa belum efektif dalam memperbaiki neraca perdagangan Indonesia yang tekor.
Fuad menyebut, 'obat' dongkrak ekspor itu mulai dari paket kebijakan, penerapan program B20 atau pencampuran Fame sawit ke solar, hingga pemberian insentif pajak.
"Untuk mengurangi neraca perdagangan makanya ada B20, itu nggak jalan, angka itu tidak pengaruh B20, kalau dikasih B20 rusak mesin kita, itu memang untuk bantu (harga) sawit yang jatuh," kata Fuad dalam acara Rabu Biru di Markas Pemenangan Prabowo-Sandi, Jakarta, Rabu (19/12/2018).
Dia bilang, defisit neraca perdagangan yang terus terpuruk juga karena Indonesia saat ini tidak memiliki ekspor andalan. Selanjutnya, impor migas yang selalu menjadi biang kerok defisit neraca perdagangan dikarenakan pada saat ini masih kurang eksplorasi.
Menurut dia, produksi minyak Indonesia jauh berbeda jika dibandingkan pada saat orde baru. Saat ini konsumsi mencapai 1,6 juta barel sedangkan produksi 750 ribu barel.
Berdasarkan data BPS, neraca dagang pada 2014 mengalami defisit, 2015 mengalami surplus, 2016 mengalami surplus, 2017 mengalami surplus, dan 2018 sampai November masih mengalami defisit.
Jika ditelisik lebih dalam atau dihitung secara bulanan, maka neraca perdagangan di era Jokowi-JK lebih banyak surplus atau defisit?
Dalam satu tahun penuh, pada 2014 neraca perdagangan mengalami defisit US$ 1,89 miliar. Pada 2015 mengalami surplus US$ 7,2 miliar.
Pada 2016 neraca dagang mengalami surplus US$ 8,78 miliar. Pada tahun 2017 surplus US$ 11,84 miliar dan pada 2018 hingga November mengalami defisit US$ 7,52 miliar.
Berikut datanya:
1. Tahun 2014
- Januari: defisit US$ 443,6 juta
- Februari: surplus US$ 843,5 juta
- Maret: surplus us$ 669,1 juta
- April: defisit US$ 2 miliar
- Mei: surplus US$ 53,3 juta
- Juni: defisit US$ 288,2 juta
- Juli: surplus $ 42,4 juta
- Agustus: defisit US$ 311,6 juta
- September: defisit US$ 270,3 juta
- Oktober: defisit US$ 35,1 juta
- November: defisit US$ 496,9 juta
- Desember: surplus US$ 1,8 juta
2. Tahun 2015
- Januari: surplus US$ 632,3 juta
- Februari: surplus US$ 662,7 juta
- Maret: surplus US$ 1,02 miliar
- April: surplus US$ 478,3 juta
- Mei: surplus US$ 1,14 miliar
- Juni: surplus US$ 536,0 juta
- Juli: surplus US$ 1,38 miliar
- Agustus: US$ 326,8 juta
- September: surplus US$ 1,02 miliar
- Oktober: surplus US$ 1,01 miliar
- November: defisit US$ 397,3 juta
- Desember: defisit US$ 160,2 juta
3. Tahun 2016
- Januari: surplus US$ 114,9 juta
- Februari: surplus US$ 1,14 miliar
- Maret: surplus US$ 510,4 juta
- April: surplus US$ 876,1 juta
- Mei: surplus US$ 376,7 juta
- Juni: surplus U$$ 1,11 miliar
- Juli: surplus US$ 632,3 juta
- Agustus: surplus US$ 368,7 juta
- September: surplus US$ 1,28 miliar
- Oktober: surplus US$ 1,23 miliar
- November: surplus US$ 833,5 juta
- Desember: surplus US$ 1,04 miliar
4. Tahun 2017
- Januari: surplus US$ 1,42 miliar
- Februari: surplus US$ 1,25 miliar
- Maret: surplus US$ 1,43 miliar
- April: surplus US$ 1,31 miliar
- Mei: surplus US$ 561,4 juta
- Juni: surplus US$ 1,66 miliar
- Juli: defisit US$ 278,7 juta
- Agustus: surplus US$ 1,67 miliar
- September: surplus US$ 1,79 miliar
- Oktober: surplus US$ 1 miliar
- November: surplus US$ 221,2 juta
- Desember: defisit US$ 240 juta
5. Tahun 2018
- Januari: defisit US$ 756 juta
- Februari: defisit US$ 52,9 juta
- Maret: surplus US$ 1,12 miliar
- April: defisit US$ 1,62 miliar
- Mei: defisit US$ 1,45 miliar
- Juni: surplus US$ 1,70 miliar
- Juli: defisit US$ 2,00 miliar
- Agustus: defisit US$ 944,2 juta
- September: surplus US$ 314 juta
- Oktober: defisit US$ 1,77 miliar
- November: defisit US$ 2,04 miliar