Demikian dikutip dari data perdagangan Reuters, Kamis (20/12/2018). Pergerakan dolar masih dipicu sentimen pasca The Federal Reserve menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin Rabu malam waktu setempat kemarin.
Pelaku pasar saham di AS sendiri mengambil aksi jual setelah Federal Reserve resmi menaikkan suku bunga acuannya 25 bps ke level 2,5%.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal ini dikarenakan, pasar sebelumnya telah berasumsi di tahun 2019 The Fed mampu menahan kenaikan nya di tengah perlambatan ekonomi global setidaknya hanya satu kali saja.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Departemen Pengelolaan Moneter BI Nanang Hendarsah untuk menjaga nilai tukar BI juga mengkombinasikan dengan melakukan intervensi di pasar spot secara terukur.
"Rupiah kembali menguat dan ditutup ditutup di 14.465. Pelemahan rupiah dipicu oleh langkah bank sentral Amerika, the Federal Reserve (The Fed) yang kembali menaikkan Fed Fund Rate (FFR) 25 basis point," kata Nanang di Gedung BI, Jakarta, Kamis (20/12/2018).
Nanang menjelaskan kenaikan 25 bps ini sudah diantisipasi (priced-in) pasar sejak pertengahan tahun. Namun menurut Nanang, stance kebijakan moneter pada FOMC the Fed kali ini tidak terlalu dovish seperti yang diharapkan pasar.
Dia mengungkapkan dari dot-plot yang dihasilkan FOMC, The Fed memperkirakan kenaikan FFR dua kali di tahun 2019, turun dari tiga kali dari FOMC di November lalu. Sedangkan pasar mengharapkan kenaikan FFR satu kali di tahun 2019. (zlf/ara)