Dikutip dari data perdagangan Bloomberg dalam paparan INDEF disebutkan rupiah sepanjang 2018 tercatat mengalami pelemahan 6,89%. Rupiah berada di tengah-tengah, tidak terlalu kuat dan tidak terlalu lemah.
Mata uang yang paling dalam pelemahannya adalah peso Argentina yang melemah 102,26%. Kemudian disusul oleh lira Turki yang melemah 39,53%.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lalu ada rubel Rusia yang juga mengalami pelemahan sebesar 20,38%. Selanjutnya ada mata uang Brasil dengan pelemahan 17,17%. Lalu Afrika Selatan 17,02%.
Kemudian rupee India yang mata uangnya melemah 8,71%. Nah rupiah berada setelah India dengan pelemahan 6,89%. Setelah Indonesia ada poundsterling Inggris yang melemah 6,19%. Lalu China yang yuannya melemah 5,71%. Selanjutnya peso Filipina 5,24%.
Kemudian euro melemah 4,78%, won Korea Selatan 4,36%, ringgit Malaysia melemah 2,15%. Sedangkan dong Vietnam melemah 2,1%. Lalu dolar Singapura mengalami pelemahan 1,95%.
Untuk mata uang Arab Saudi melemah 0,03%. Sedangkan untuk baht Thailand menguat 0,69%. Lalu yen Jepang menguat 2,44%.
Baca juga: Rupiah 'Gencet' Semua Mata Uang Dunia |
Direktur Eksekutif Departemen Pengelolaan Moneter BI Nanang Hendarsah pada penutupan 31 Desember 2018 nilai tukar rupiah tercatat mengalami pelemahan 5,75% sepanjang tahun 2018. Dia mengungkapkan BI optimistis tahun ini rupiah bisa lebih baik dibandingkan 2018.
"Pada penutupan terakhir (31/12) Rupiah menguat 1,24%. Dengan demikian Rupiah sepanjang 2018 year to date melemah 5,7%. Semoga di tahun 2019 bisa lebih baik lagi," jelas dia. (kil/ara)