"Kami dari PT Angkasa Pura II yang kami sampaikan berkomitmen untuk membangun Bandara Wirasaba yang sebelumnya adalah pangkalan udara Jenderal besar Sudirman dalam kurun waktu 18 sampai 20 bulan," kata Direktur Utama Angkasa Pura II Muhammad Awaluddin, usai Tasyakuran Dimulainya Pembangunan Bandara Jenderal Besar Soedirman, Purbalingga, Jumat (4/1/2019).
Menurut dia, ada dua area besar yang semuanya jadi fokus dalam pembangunan tahap I selama 18-20 bulan. Pertama adalah dari sisi udara dengan akan dibangunnya runway sepanjang 1.600 meter dan lebar 30 meter, ditambah dengan luasan apron.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kemudian yang kedua pihaknya akan prioritaskan pembangunan gedung terminal dengan luas 3.600 meter persegi yang dapat menampung hampir 500.000 pergerakan penumpang dalam setahun.
"Bandara Jenderal Besar Soedirman akan memiliki luasan terminal 3.000 meter persegi, atau lebih lengkapnya akan mempunyai luasan 3.600 meter persegi. Kapasitas pergerakannya kita optimalkan 500.000 penumpang per tahun untuk tahap awal. Enam kabupaten/kota di sekitar Kabupaten Purbalingga akan menjadi pasar yang sangat potensial," ujarnya.
Dia menjelaskan jika Bandara JBS Purbalingga mulai bisa dipergunakan setelah proses pembangunan selesai dan pihaknya akan meminta Kementerian Perhubungan untuk melakukan verifikasi dan sekaligus persetujuan atas telah dibangunnya infrastruktur tersebut.
"Proses verifikasi itu nanti ditandai dengan penerbitan sertifikat Bandar Udara. Jadi kalau ditanya kapan secara resminya, secara resmi ada setelah sertifikat Bandar Udara Wirasaba atau bandara Panglima Besar Jenderal Sudirman dikeluarkan oleh Kementerian Perhubungan," ujarnya.
Dia mengungkapkan, bandara harus didukung dengan kehadiran maskapai. Untuk panjang lintasan landasan yang dibangun pada tahap awal sepanjang 1.600 meter persegi dengan lebar 30 meter persegi, pesawat yang akan mendarat disesuaikan dengan kemampuan bandara, seperti Wings Air, Pelita dan juga TransNusa.
Sementara menurut Kepala Staf Komando Operasional (Kaskoops) AU I Marsekal Pertama Samsul Rizal mengatakan jika pihaknya sangat mendukung dibangunnya Bandara Jenderal Besar Soedirman. Selain memiliki nilai ekonomis yang tinggi, keberadaan bandara ini juga akan mendukung tugas TNI dalam melaksanakan operasi militer selain perang.
"Keberadaan bandara ini juga akan mendukung tugas TNI dalam melaksanakan operasi militer selain perang yaitu seperti operasi TNI dalam penanggulangan bencana alam yang membutuhkan fasilitas transportasi udara dalam penanganannya," jelasnya.
Dia mengatakan, hal ini sangat penting mengingat di sejumlah daerah di Jawa Tengah bagian barat termasuk wilayah yang berpotensi terjadinya bencana alam.
"Kita tidak mengharapkan terjadinya bencana alam, tapi kita harus menyiapkan sarana prasarana fasilitas transportasi udara untuk memudahkan penyaluran bantuan," ucapnya.
Menurut Plt Bupati Purbalingga, Dyah Hayuning Pratiwi mengatakan jika rintisan bandara JBS sudah digagas sejak tahun 2006. Ada perwujudan Bandara JBS merupakan penantian seluruh masyarakat Purbalingga dan tentunya masyarakat di sekitar Kabupaten Purbalingga.
"Realisasi Bandara Jenderal Besar Soedirman sudah ditunggu-tunggu oleh masyarakat, tidak hanya Purbalingga, tapi kabupaten-kabupaten di sekitar Purbalingga. Karena bandara ini akan membuka akses Jawa Tengah bagian barat dan selatan dan tentunya bisa membawa multiplier efek yang luar biasa, meningkatkan perekonomian, meningkatkan perdagangan, meningkatkan geliat pariwisata," ujarnya.
Maka dari itu, lanjut dia, Pemerintah Kabupaten Purbalingga beserta seluruh Pemerintah Kabupaten di sekitar Kita Purbalingga serta Pemerintah Provinsi Jawa Tengah akan selalu berkomitmen dan membantu hingga perwujudan dari Bandara Jenderal Besar Soedirman bisa segera terealisasi di tahun 2020. (ara/ara)