Menurut Direktur Jenderal Perhubungan Darat, Kemenhub Budi Setiadi penggunaan aspal karet akan dilakukan di beberapa daerah produksi karet, seperti Sumatera Selatan, Jambi, Medan dan Kalimantan. Dengan begitu, diharapkan harga karet bisa meningkat.
"Kita akan angkat, jadi harga karet akan naik terutama di beberapa sentra karet di Indonesia Sumatera Selatan, Jambi, Medan dan Kalimantan. Karena sekarang harga karet agak turun. Nah, kita harapkan ada terbentuk satu harga untuk masyarakat," papar dia di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, Senin (7/1/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lebih lanjut, ia mengungkapkan jalan yang akan menggunakan aspal karet ada sepanjang 93,66 kilometer (km). Adapun, dari total panjang banyaknya penggunaan ada sebanyak 2.542,20 ton untuk perbaikan atau tambalan jalan rusak.
"Itu kilometernya 93,66 (km) yang akan dibutuhkan jalan penyerapan karet. Itu biasanya untuk overlay (tambalan), jadi untuk perbaikan saja," sambungnya.
Direktur Jenderal Industri Kimia, Tekstil dan Aneka (Ilmate), Achmad Sigit mengatakan karet yang akan dicampurkan ke dalam aspal ada sebanyak 8%. Untuk memproduksi itu, pihaknya menyiapkan tiga inovasi untuk memproduksi aspal karet, yakni dengan campuran karet dari lateks, masterbatch, dan sekat.
"Bakal menyerap (karet) 7-8% dari kebutuhan aspal. Itu kita pakai tiga teknologi, inovasi menggunakan lateks (cairan kental berbahan dasar karet), kemudian masterbatch (komponen karet), kemudian ada yang pakai sekat (komponen karet)," ungkap dia.
Sementara itu, harga karet sempat jatuh di angka Rp 3.000 hingga 4.000 per kilogram (kg). Padahal, seharusnya harga karet idelanya berada di angka Rp 10.000 hingga Rp 15.000 per kg. (dna/dna)