(Soetta) dalam setahun pengoperasian masih sangat minim. PT
mencatat rata-rata okupansi kereta per perjalanan hanya mencapai 26%.
Padahal perjuangan membangun kereta bandara Soetta tidaklah mudah. Selain harus berjibaku membebaskan lahan, Railink juga mengeluarkan modal yang cukup besar untuk moda transportasi berbasis rel ini yakni Rp 5 triliun.
Di sisi lain, pilihan tunggangan baru menuju Bandara Soetta ini digadang-gadang menjadi 'pahlawan' baru pengurai kepadatan lalu-lintas menuju Bandara Soetta yang selama ini hanya mengandalkan moda transportasi berbasis jalan. Alhasil setahun terakhir menjadi masa-masa berat yang harus dipikul oleh Railink selaku operator
.
Dari data jumlah penumpang yang dicatat Railink, hingga November 2018 diketahui okupansi atau tingkat keterisian kereta Bandara Soetta hanya sebesar 26%. Okupansi itu masih jauh dari keterisian ideal yang sebesar 60%.
Untuk membuktikan hal tersebut, detikFinance meninjau langsung kondisi terkini kereta Bandara Soetta. Dimulai dari stasiun BNI City di Sudirman, detikFinance menjajal kereta yang dioperasikan Railink ini menuju stasiun Bandara Soetta di Tangerang.
Pantauan di lokasi, Kamis (10/1/2019) sejak pagi pukul 09.30 WIB, kondisi stasiun BNI City dari depan pintu masuk tampak sepi dari hilir mudik manusia seperti yang biasa didapati pada stasiun-stasiun kereta pada umumnya. Jumlah mobil maupun sepeda motor yang terparkir juga bisa dihitung dengan jari.
Tiba di area dalam stasiun, kondisi serupa juga masih didapati. Mulai dari area concourse atau komersil yang berada di depan, hanya ada beberapa orang yang sedang menunggu.
 Foto: Eduardo Simorangkir |
Sementara di area ticketing atau vending machine juga tak seluruh mesin yang terisi antrean. Hanya ada beberapa calon penumpang yang tengah membeli tiket. Begitu pula di area ruang tunggu, jumlah penumpang yang tengah menunggu di sejumlah titik bisa dihitung dengan jari. Mungkin saja sejumlah calon penumpang yang lain sudah berada di area peron mengingat jadwal keberangkatan kereta terdekat sudah hampir tiba.
Sampai jadwal keberangkatan kereta selanjutnya, tetap saja kondisi yang mirip masih terasa. Pada keberangkatan kereta pukul 11.20 WIB, juga tak banyak penumpang yang tengah mengantre di area peron. Pantauan detikFinance, jumlah penumpang yang menunggu tak sampai 50 orang sementara kapasitas kereta per keberangkatan bisa menampung hingga 272 orang.
Jumlah keterisian yang minim dipastikan saat sejumlah kursi yang ada di dalam kereta tak terisi. Jumlah gerbong yang duluan terisi adalah gerbong paling ujung, sementara rangkaian gerbong di antaranya hanya terisi dua hingga tiga orang penumpang.
Hingga tiba di stasiun Bandara Soetta, kondisi sepi masih tetap terlihat. Keterisian penumpang per keberangkatan terpantau tak lebih dari 100 orang.
Harga tiket yang kemahalan disebut menjadi salah satu faktor rendahnya okupansi kereta Bandara Soekarno Hatta (Soetta). Tarif normal tiket KA Bandara Soetta saat ini sebesar Rp 70.000 untuk satu kali perjalanan.
Harga tiket tersebut memang tergolong lebih mahal jika dibandingkan dengan Damri dengan harga tiket Rp 40.000. Selain itu, jika menggunakan taksi baik online maupun konvensional dengan jarak tempuh yang sama, harga yang lebih mahal bisa dibagi dengan penumpang lainnya.
Namun hal tersebut tak berlaku bagi Budi Narindra, salah seorang pengguna kereta Bandara Soetta. Budi mengaku telah menggunakan kereta Bandara Soetta sejak pertama kali dioperasikan setahun lalu dan menjadikan moda ini andalannya setiap hendak menuju dan dari Bandara Soetta.
Menurut Budi, harga tiket saat ini sudah sesuai dengan dompet pengguna pada umumnya. Dengan fasilitas yang didapat, menurutnya moda ini dapat diandalkan terlebih dengan berbagai kemajuan yang dicapai dibanding saat awal beroperasi.
"Harga tiket sudah pas lah. Tapi jangan dinaikin lagi. Tapi kalau turun, ya nggak usahlah, sudah pas," katanya saat ditemui detikFinance di Stasiun BNI City di Jakarta, Kamis (10/1/2019).
Sementara penumpang lainnya bernama Siswandi mengaku cukup puas dengan harga tiket yang ditawarkan kereta Bandara Soetta. Siswandi yang baru pertama kali menjajal kereta bandara itu mengaku senang dengan fasilitas yang dia dapat.
"Semoga terjaga konsistensinya, kebersihannya, kerapian. Beli tiketnya juga gampang, nggak ada kendala. Mudah-mudahan juga dilakukan di transportasi umum lainnya," ungkapnya.
Direktur Utama PT Railink Heru Kuswanto mengatakan infrastruktur yang belum matang menjadi penyebab masih sulitnya mendorong tingkat keterisian kereta. Di antaranya masih belum optimalnya trayek yang dilalui.
Padahal berbagai promo sudah dilakukan untuk menarik penumpang. Namun hasilnya tetap sama.
"Setahun ini memang berat karena waktu penyelesaian sejumlah infrastruktur yang kurang, seperti double-double track Manggarai. Kita masih belum bisa selesaikan. Tapi ini memang fase yang harus dilalui," katanya kepada detikFinance saat dihubungi, Kamis (10/1/2019).
Hal ini kata dia berbeda dengan kereta bandara Kualanamu di Medan yang sudah lengkap infrastrukturnya. Lagi pula, berbeda dengan yang di Soetta, kereta bandara Kualanamu di Medan tak perlu transit lagi untuk menuju langsung ke terminal bandara.
Di Bandara Soetta, infrastruktur pendukung kereta bandara yakni kereta layang atau sky train menjadi masalah. Headway kereta layang Bandara Soetta yang terlalu lama menjadi keluhan penumpang.
"Kalau mau jujur, kita itu memang belum sempurna mengoperasikan. Misalnya kemarin di Stasiun Batu Ceper juga jadi persoalan karena skybridge belum jadi," kata Heru.
Namun dia yakin tahun ini tingkat okupansi kereta Bandara Soetta akan membaik. Targetnya minimal mencapai angka ideal atau mendekati 60%.
"Tahun ini minimal okupansi mendekati 60%," katanya.
Kereta Bandara Soekarno-Hatta (Soetta) mulai bisa diakses dari Stasiun Manggarai pada akhir Februari atau awal Maret 2019 mendatang. Heru mengatakan pihaknya telah mendapatkan kepastian mengenai kesiapan akses kereta bandara dari Stasiun Manggarai.
"Kita kemarin dapat kepastian, bahwa akses dari Manggarai akan bisa dimulai akhir Februari atau awal Maret ini. Tapi memang belum sempurna, masih dapat satu jalur dulu," katanya kepada detikFinance, Kamis (10/1/2019).
Heru mengatakan operasional kereta bandara Soetta dari Manggarai masih menggunakan satu jalur. Nantinya di bulan Mei, kereta baru bisa menggunakan dua jalur.
Nantinya jalur kereta Bandara Soetta, kereta jarak jauh dan KRL akan memiliki lintasan sendiri-sendiri di stasiun Manggarai. Sehingga sistem antrean jalur yang sering terjadi di Stasiun Manggarai bisa berkurang.
"Memang dari sisi layanan nanti belum terlalu leluasa," ujarnya.
Seperti diketahui, belum optimalnya infrastruktur pendukung operasional disebut menjadi salah satu sebab rendahnya okupansi kereta Bandara Soetta. Salah satunya adalah belum beroperasinya kereta dari stasiun Manggarai.
Untuk meningkatkan okupansi kereta bandara, pihaknya juga melihat peluang mengambil akses dari stasiun Depok. Namun keterbatasan infrastruktur membuat hal ini masih dalam kajian.
"Kalau dalam arahan Pak Menteri (Budi Karya Sumadi) minta kita buka ke Depok," kata Heru.