Curhatan Dirut Garuda yang Disebut Prabowo BUMN Bangkrut

Curhatan Dirut Garuda yang Disebut Prabowo BUMN Bangkrut

Danang Sugianto - detikFinance
Rabu, 16 Jan 2019 08:56 WIB
Curhatan Dirut Garuda yang Disebut Prabowo BUMN Bangkrut
Foto: (Afif/detikTravel)
Jakarta - Calon Presiden Prabowo Subianto belum lama ini melontarkan penyataan yang cukup menghebohkan. Dia bilang Badan Usaha Milik Negara (BUMN) satu persatu mengalami kebangkrutan.

Dalam pernyataannya Prabowo menyebut beberapa contoh BUMN yang bangkrut. Dia melontarkan pernyataan itu dalam beberapa kesempatan

Nama-nama perusahaan plat merah yang dia sebut rugi cukup besar. Salah satunya PT Garuda Indonesia Tbk.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pernyataan itu pun mendapatkan tanggapan dari Direktur Utama Garuda Indonesia I Gusti Ngurah Ashkara Danadiputra. Berikut berita selengkapnya.

Capres Prabowo Subianto kembali menyebut Badan Usaha Milik Negara (BUMN) satu persatu mengalami kebangkrutan saat ini. Kehancuran itu diakibatkan pemerintah yang salah mengelola negara.

Hal itu disampaikan Prabowo di acara Konsolidasi Koordinator TPS se-Provinsi DKI Jakarta, di Roemah Djoeang Prabowo-Sandi, Jalan Wijaya I no 81, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Minggu (13/1/2019). Mulanya Prabowo bicara bahwa apa yang dilakukan rakyat pada 17 April menentukan masa depan bangsa.

"Apa yang kita lakukan tanggal 17 April menentukan kita untuk beberapa ratus tahun ke depan saudara-saudara sekalian," ujar Prabowo.

Capres nomor urut 02 itu lantas menyinggung soal bangkrutnya BUMN-BUMN. Bahkan, dia meminta masyarakat untuk bertanya langsung kepada BUMN seperti Garuda, Pertamina, dan PLN.

"Kita lihat sekarang BUMN-BUMN milik negara, milik rakyat, kebanggaan kita satu-satu hancur, satu-satu bangkrut. Tanya aja Garuda, pilot-pilot, tanya Pertamina, tanya PLN, tanya semua pabrik-pabrik milik negara. Saatnya rakyat merebut kembali kedaulatan negara," katanya.

Prabowo pun berjanji jika kelak terpilih pada Pilpres 2019 tidak akan salah dalam mengelola negara. Dia akan mengembalikan kedaulatan negara, termasuk menjaga BUMN agar tetap hidup. Sehingga rakyat menjadi sejahtera.

"(Sebab) Rakyat kita banyak yang mengalami kesulitan. Kesejahteraan tidak dirasakan sebagian besar rakyat Indonesia," ujar Prabowo.

Salah satu BUMN yang Prabowo sebut adalah PT Garuda Indonesia Tbk. Pernyataan itu pun mendapatkan tanggapan dari Direktur Utama Garuda Indonesia I Gusti Ngurah Ashkara Danadiputra atau yang akrab disapa Ari Ashkara.

Ari mengaku tidak sepakat jika Garuda Indonesia disebut bangkrut. Memang hingga saat ini Garuda Indonesia masih beroperasi, meskipun dia menyadari perusahaan masih menemukan beberapa tantangan bisnis.

"Sebagai CEO, Garuda Indonesia kalau bangkrut mungkin saya sudah tidak di sini (perusahaan). Kalau dibilang challanging, yes," ujarnya di Penang Bistro, Jakarta, Selasa (15/1/2019).

Ari mengakui, dari sisi keuangan Garuda Indonesia hingga kini masih menderita kerugian. Meski rugi, perusahaan masih bisa beroperasi.

"Garuda terbuka harus terbuka kerugiannya. Kami listed company setiap 3 bulan bisa dilihat laporan keuangannya. Dari 2016 kita rugi Rp 3,6 triliun, per September kemarin rugi sekutar Rp 2 triliunan," terangnya.

Lagi pula, kata Ari, Garuda Indonesia merupakan perusahaan yang tercatat di pasar modal. Masyarakat bisa tahu kondisi perusahaan dengan melihat laporan keuangan yang diterbitkan perusahaan setiap 3 bulan sekali.

"Garuda Indonesia terbuka, enggak ada yang ditutup-tutupi. Struktur costnya juga kami sampaikan setiap paparan publik," tutupnya.

Pada dasarnya hingga kini Garuda Indonesia masih beroperasi. Kinerja keuangan perusahaan juga semakin membaik meski masih berstatus rugi.

Melansir keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia, Selasa (15/1/2019), pada kuartal III-2018 Garuda Indonesia masih mengalami rugi bersih sebesar US$ 110,2 juta. Kerugian itu menurun dibandingkan rugi bersih periode yang sama di 2017 sebesar US$ 221,9 juta.

Pada periode itu, pendapatan operasi Garuda Indonesia meningkat 3,5% dari US$ 3,1 miliar menjadi US$ 3,22 miliar. Sementara total biaya operasi perusahaan naik 2,2% dari US$ 3,22 miliar menjadi US$ 3,29 miliar.

Jika dirinci biaya BBM turun dari US$ 1,09 miliar menjadi US$ 868 miliar, lalu biaya rental pesawat turun dari US$ 811 miliar menjadi US$ 799 miliar. Sementara biaya lainnya turun dari posisi US$ 1,55 miliar menjadi US$ 1,46 miliar.

Hide Ads