Tiket Pesawat Masih Mahal, Harga Avtur Harus Dievaluasi

Tiket Pesawat Masih Mahal, Harga Avtur Harus Dievaluasi

Trio Hamdani - detikFinance
Kamis, 17 Jan 2019 08:39 WIB
1.

Tiket Pesawat Masih Mahal, Harga Avtur Harus Dievaluasi

Tiket Pesawat Masih Mahal, Harga Avtur Harus Dievaluasi
Foto: Thinkstock
Jakarta - Maskapai penerbangan yang tergabung dalam Indonesia National Air Carrier Association (INACA) menjanjikan harga tiket pesawat turun.

Ketua Umum INACA IGN Askhara Danadiputra mengatakan, maskapai tidak diam saja mendengarkan keluhkan masyarakat, sehingga maskapai berkomitmen menurunkan harga.

Apakah harga tiket pesawat sudah benar-benar turun? Di tengah harga avtur tinggi, maskapai tidak menjerit?

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Baca berita selanjutnya untuk informasi selengkapnya.
Menurut pebisnis biro travel yang tergabung dalam Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (Asita), saat ini harga tiket pesawat masih mahal.

"Sampai saat ini masih agak mahal. Mungkin ada satu dua yang turun tapi nggak terlalu signifikan," kata Wakil Ketua Asita, Budijanto Ardiansyah kepada detikFinance, Jakarta, Rabu (16/1/2019).

Pihaknya pun masih menunggu perkembangan soal penurunan harga tiket pesawat.

"Saya kira harus lihat dulu perkembangannya karena kelihatannya nggak semua diturunkan ya. Hanya di kelas kelas tertentu dan rute rute tertentu saja. Jadi belum normal," sebutnya.

Bahkan menurut laporan yang dia terima dari sesama pebisnis biro travel di daerah, ada rute rute tertentu yang harganya masih mahal.

Sebenarnya pihaknya tak menyalahkan maskapai menaikkan harga tiket pesawat, asal masih terjangkau buat masyarakat. Harga terjangkau demi mendorong geliat wisata dalam negeri.


Pakar penerbangan Alvin Lie menilai harga avtur yang mahal bisa membuat perusahaan maskapai menjerit jika harus menurunkan harga tiket pesawat. Pasalnya beban maskapai jadi semakin berat.

"Ya sebetulnya mereka teriak teriak juga, mereka kan kesulitan keuangan," kata dia saat dihubungi detikFinance, Jakarta, Rabu (16/1/2019).

Apalagi, kata dia harga avtur yang dijual Pertamina untuk maskapai penerbangan domestik lebih mahal dibandingkan untuk penerbangan internasional.

"Harga (avtur) Pertamina untuk domestik ini 20% lebih mahal daripada yang untuk internasional," lanjut dia.

Menurutnya perbedaan harga ini berpengaruh cukup signifikan terhadap beban perusahaan.

"Ya perbedaan itu berdampak cukup signifikan. Kan biaya avtur ini sekitar 40%-45% dari biaya operasi pesawat per jam. Sedangkan margin perusahaan penerbangan ini hanya sekitar 3-4%. Kalau bisa punya margin 4% itu sudah hebat," paparnya.


Kepala Biro Komunikasi dan Informasi Publik Kementerian Perhubungan (Kemenhub) Hengki Angkasawan, Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi meminta Menteri ESDM Ignasius Jonan mengevaluasi harga avtur.

"Makanya dari sisi pemerintah kita akan merapatkan dengan teman teman di ESDM. Kemarin juga menteri (perhubungan) sudah berkomunikasi dengan Menteri ESDM dan Meneg BUMN. Dan memang akan dilakukan evaluasi untuk (harga avtur) diturunkan," katanya saat dihubungi detikFinance, Jakarta, Rabu (16/1/2019).

Namun dia belum tahu perkembangannya ke depan seperti apa. Pasalnya kewenangan menurunkan harga avtur, menurutnya ada di Kementerian ESDM.

Lanjut dia, Menhub dan Menteri ESDM akan kembali melakukan komunikasi terkait evaluasi harga avtur. Dari pembicaraan awal, masing-masing kementerian sepakat untuk mengevaluasi harga avtur.

"Nanti mungkin pak menteri akan berkomunikasi, tapi kemarin sudah dikomunikasikan dan semua ini kemarin sepakat akan mengevaluasi. Tapi hasilnya seperti apa, nanti kami tunggu," ujarnya.

"Tapi maskapai dengan belum diberlakukan (penurunan harga avtur) itu pun mereka sudah menurunkan (harga tiket pesawat). Ini kan bentuk dari kepedulian mereka," tambahnya.


Hide Ads