Amran mengapresiasi kelapa dari Provinsi Gorontalo yang telah dibudidayakan masyarakat sejak 2018 hingga akhirnya ekspor menembus 82 negara.
"Ini luar biasa di tengah jatuhnya harga kelapa kita melakukan ekspor. Barusan saya terima laporan dari Pak Kepala Dinas Pertanian Gorontalo, kita juga ekspor kelapa muda ke Australia. Peningkatan produksi kelapa kita luar biasa," ujarnya dalam keterangan tertulis, Kamis (31/1/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Secara umum, lanjut Amran, Indonesia adalah produsen kelapa terbesar dunia, produksi 2018 mencapai 19 juta ton. Sementara di tahun 2014, produksi kelapa hanya 1,3 juta ton.
"Peningkatannya 52 persen. Ini luar biasa di bawah pemerintahan Jokowi-JK dan di bawah upaya kerja keras gubernur dan bupati," ucapnya.
Sementara Manager Quality Control dari PT Royal Coconut, Marwan Cjepah menjelaskan produk tepung kelapa yang dihasilkan 100 % diekspor. Pasokan kelapa sepenuhnya bersumber dari petani dalam bentuk yang sudah dikeluarkan sebutnya.
"Kami terima kelapa dari petani itu untuk proses produksi minimum 150 ton hingga 200 ton per hari menghasilkan 24 ton tepung kelapa. Pabrik kami mulai produksi di awal Januari 2018 dan langsung ekspor ke Eropa, Afrika dan Asia," jelasnya.
Marwan menegaskan volume ekspor tepung kelapa ini semakin meningkat setiap tahunnya. Keberhasilan pihaknya dan eksportir lainnya melakukan ekspor berkat dukungan dari pemerintah dalam memudahkan pemberian izin ekspor.
"Pemerintah era sekarang sangat men-support perizinan. Semua diurus dengan mudah, yang penting kita memenuhi persyaratannya. Begitu pun bantuan untuk petani, Kementan dan pemerintah daerah punya program tentang peremajaan kelapa. Ini sangat membantu petani, juga pabrik pengolahan," imbuhnya.
Melansir data Dinas Pertanian Provinsi Gorontalo, kontribusi subsektor perkebunan untuk ekspor tepung kelapa di Provinsi Gorontalo sangat besar. Terbukti, jika harga pengambilan butiran kelapa rata-rata Rp 1.200 per butir, total uang yang beredar di tingkat petani mencapai Rp 208,8 miliar per tahun.
Luas lahan kelapa di Provinsi Gorontalo mencapai 71.524 ha dengan jumlah tanaman 4.782.200 pohon. Adapun total produksinya 575.864.000 butir per tahun.
Selain berkat suksesnya perkebunan, Gubernur Gorontalo Rusli Habibie mengatakan ekonomi Gorontalo juga terangkat karena sektor pertanian. Angka kemiskinan di provinsi itu berhasil diturunkan secara signifikan salah satunya berkat program Kementan melalui jagung yang meliputi bantuan bibit unggul dan pupuk turun tepat waktu serta adanya jaminan harga di tingkat petani.
"Pada saat saya dilantik, pada 2012, angka kemiskinan di Gorontalo ini masih 20%. Sampai akhirnya kami mendapat solusi, yakni dengan menggratiskan pendidikan, kesehatan kami gratiskan, kami melakukan pembangunan infrastruktur, dan menggagas ekonomi kerakyatan, termasuk di dalamnya pertanian dan peternakan," katanya.
Rusli mengatakan sebelumnya kondisi petani jagung sangat memalukan karena sering kali benih kurang bagus atau pupuknya tidak ada. Lantaran itulah ditempuh upaya perbaikan sehingga akhirnya Gorontalo berhasil mengekspor jagung hingga sebanyak 113 ribu ton. Kini, sambung dia, pupuk tersedia, bibit pun bagus.
Hal lain yang juga dilakukan pemerintah terkait produk jagung adalah penetapan standar harga jagung yang tidak boleh kurang dari Rp 3.100.
"Kebijakan Mentan itu muncul karena ada kondisi di mana ketika musim jagung panen, harga jagung turun, paling tinggi Rp 1500. Kemudian saya minta tolong ke Pak Menteri. Akhirnya Pak Menteri membuat standar harga harga jagung tidak boleh di bawah Rp 3.150 per kilogram. Ketika harga di bawah ini, Bulog harus turun membelinya dengan harga Rp 3.150 per kilogram. Inilah yang membuat petani sejahtera," bebernya.
Menurut Rusli, selain kinerja sektor pertanian, aksi nyata lainnya untuk menekan kemiskinan adalah dengan menggelar pasar murah.
"Kita alokasikan anggaran untuk pasar murah. Ini sejalan dengan perintah Presiden agar negara hadir di tengah-tengah rakyat. Oleh karena itu, setiap hadir di tengah rakyat, kita ada oleh-oleh untuk rakyat yaitu adalah pasar murah. Akhirnya kemiskinan pun turun," tuturnya.
Berdasarkan survei pada September 2018, BPS setempat melansir adanya penurunan angka kemiskinan hingga 0,98 poin, yakni menjadi 15,83% atau 188,30 ribu jiwa. Padahal pada Maret 2018, angka kemiskinan masih tercatat di 16.81 persen atau sebanyak 198,51 ribu jiwa.
Penurunan jumlah penduduk miskin dalam kurun Maret 2018-September 2018 tercatat terjadi baik di perkotaan maupun pedesaan. Namun dari angka yang diperoleh juga tampak bahwa penurunan kemiskinan di perkotaan jauh lebih banyak ketimbang di pedesaan. (mul/mpr)