-
Perayaan Tahun Baru Imlek tinggal menghitung hari. Pernak-perniknya pun ramai diburu masyarakat seperti yang terjadi di Glodok, Jakarta.
Mulai dari amplop angpao, pakaian hingga lampion berjajar memenuhi pinggir jalan di Pasar Glodok. Nuansa merah pun menghiasi daerah tersebut.
Perhiasan Imlek dijajakan di sepanjang jalan menuju Pasar Glodok, Jakarta Utara. Bahkan, terjadi kemacetan di jalan karena ramainya masyarakat.
Salah satu pembeli, Rinel mengatakan membeli pernak-pernik Imlek untuk menghias rumahnya. Hal itu dilakukannya setiap tahun.
"Iya ini memang setiap tahun ke sini. Buat di rumah aja, buat bagi-bagi angpao juga," kata dia kepada
detikFinance, Sabtu (2/2/2019).
Sementara itu salah satu pedagang, Alamsyah menjelaskan penjualan di tahun ini diakui ada sedikit penurunan. Hal itu dikarenakan naiknya harga barang modal.
"Ada penurunan ya dibanding tahun lalu. Soalnya kan harganya naik nih tapi pembeli maunya nggak, jadi pergi lah," papar dia.
Alamsyah sendiri mengaku berjualan di Glodok setiap tahunnya. Untuk besaran modal yang digelontorkan tahun ini mencapai Rp 70 juta atau meningkat Rp 20 juta dibandingkan tahun lalu.
"Tahun ini modalnya Rp 70 juta. Tahun lalu cuma Rp 50 juta, naik harganya," tutup dia.
Pedagang pernak-pernik Imlek di Glodok, Jakarta mengaku omzet penjualannya menurun tahun ini. Hal ini dikarenakan beberapa hal mulai dari kondisi cuaca hingga meningkatnya harga barang modal.
Alhasil, banyak masyarakat yang tidak mampir untuk berbelanja kebutuhan pernak-pernik Imlek.
"Ya ini menurun karena cuaca juga kan hujan. Orang jadi ogah-ogahan datang belanja," kata salah satu pedagang, Indra kepada detikFinance di lokasi, Jakarta, Sabtu (2/2/2019).
Lebih lanjut, ia mengungkapkan omzet yang diperoleh menurun hingga 30% dibanding tahun lalu. Bila biasanya ia dapat balik modal dalam waktu dua hari namun saat ini baru bisa setelah tiga hari.
"Ini turun 30% (omzetnya). Soalnya biasanya satu-dua hari sudah bisa lah balik modal. Sekarang baru tiga hari balik modalnya," ungkap dia.
Pedagang lainnya, Alamsyah juga mengatakan hal yang sama. Ia mengaku pendapatan yang diperoleh menurun karena ada kenaikan barang modal.
Alamsyah menjelaskan, modal yang diperlukan untuk membeli barang tahun lalu hanya sebesar Rp 50 juta. Namun kini meningkat hingga Rp 70 juta dengan jumlah barang yang sama.
Alhasil, Alamsyah mesti menaikkan harga barang juga sebesar 20%. Di sisi lain, pembeli enggan membeli barang yang naik tersebut sehingga ia mengalami penurunan omzet.
"Nggak tahu nih barang dari situnya naik. Dulu kalau cukup Rp 50 juta sekarang butuh Rp 70 juta. Jadi kan harga kita naikin 20%, eh pembeli nggak mau beli," ungkap dia.
Di toko yang berbeda, Ina juga mengaku pendapatan yang ia peroleh mengalami penurunan. Penurunan tersebut mencapai 10% dikarenakan minat masyarakat yang berkurang.
"Sepi sekarang pada nggak ramai beli. Dulu kalau beli banyak sekarang dikit-dikit saja. Ya turun sekitar 10% lah," jelasnya.
Beberapa hari lagi masyarakat Tionghoa akan merayakan tahun baru China atau Imlek. Kawasan Glodok, Jakarta pun diserbu pembeli.
Apa saja barang favoritnya?
Salah satu pedagang, Alamsyah mengatakan dirinya berjualan pernak-pernik Imlek mulai dari angpao hingga lampion. Barang dagangan tersebut dijual mulai kisaran Rp 5.000 hingga Rp 1 juta.
"Ada macam-macam di sini. Amplop, gambar, stiker, lampion. Harganya juga Rp 5.000 sampai ada lampion itu Rp 1 jutaan," kata dia kepada detikFinance di lokasi, Jakarta, Sabtu (2/2/2019).
Lebih lanjut, ia mengungkapkan barang yang paling favorit diserbu masyarakat adalah angpao. Pasalnya, hal itu berkaitan dengan tradisi yang tiap tahun dilakukan.
"Paling utama itu amplop sih soalnya kan memang setiap tahun ngasih terus ya buat angpao," ungkapnya.
Selain itu, barang selanjutnya yang banyak dibeli adalah aksesoris imlek. Pasalnya, harganya dipatok murah Rp 5.000 hingga Rp 10.000.
"Yang laku juga itu yang kecil-kecil, gantungan. Tiga Rp 5.000, tiga Rp 10.000 sama yang Rp 20 ribu ke bawah, yang murah," papar dia.
Senada dengan Alamsyah, Ina mengaku barang yang paling sering dicari pembeli, yaitu gantungan Imlek. Harganya pun dipatok Rp 5.000 hingga Rp 10.000.
"Kaya gini (gantungan) ini favorit. Harganya tiga Rp 10.000 ada juga Rp 5.000 lah," papar dia.
Namun Ina mengungkapkan omzet pernak-pernik Imlek mengalami penurunan dibanding tahun lalu sebesar 10%. Hal itu dikarenakan berkurangnya minat belanja masyarakat.
"Sepi sekarang pada nggak ramai beli. Dulu kalau beli banyak sekarang dikit-dikit saja. Ya turun sekitar 10% lah," tutup dia.