Direktur utama PT MRT Jakarta William Sabandar menjelaskan ada hal-hal sulit yang ditemui dalam proses pembangunan. Misalnya pembebasan lahan yang cukup sulit hingga pemukiman yang sudah penuh.
"Hal yang sulit di awal adalah pembebasan lahan, ketika kota sudah penuh dan harga sudah tinggi. Kalau kita mulai 20 tahun lalu kita tidak akan mungkin berhadapan dengan situasi pembebasan lahan ini," kata William dalam blak-blakan detikFinance, akhir pekan lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Itu tantangan yang dihadapi dan itu akan kami buat pelajaran untuk pembangunan fase 2. Karena itu kami langsung gerak ke pembebasan lahan," jelas dia.
Saat ini MRT Jakarta mengaku sudah lebih siap dan berpengalaman untuk pembangunan fase berikutnya. Karena itu, pihaknya sudah mendekati komunitas dan masyarakat serta memaparkan pengalaman-pengalaman di pembangunan fase 1.
Misalnya menjelaskan harga tanah yang naik jika lahan dilintasi oleh jalur MRT.
"Inikan artinya jika mereka bisnis, nantinya akan lebih menguntungkan. Value of line dan harga tanah juga naik. Untuk penumpang misalnya dari HI mau makan di Haji Nawi cuma 20 menit jarak tempuhnya. Jadi tidak perlu memenuhi pusat kota Jakarta, dan bisa menggunakan kereta ini. Jadi jangan dihambat, mari kita dukung karena yang perlu dilakukan adalah bersama-sama masyarakat di kawasan menyiapkan bagaimana kalau MRT datang," jelas dia.
Menurut William, kota-kota besar lain di Indonesia harus mulai membangun dari sekarang. Jangan tunggu sampai terlambat. "Ketika kita punya pengalaman seperti ini saya berkeyakinan bahwa tidak semua harus dibiayai pemerintah, ini akan kita coba timur ke barat serta loopline," ujar dia.
Dia mencontohkan di China bagian layanan, kereta, rolling stock bisa dikerjakan oleh pihak swasta. Jadi pemerintah hanya membangun infrastrukturnya.
Kemudian pembangunan kawasan TOD itu bisa dikerjasamakan dengan pihak swasta.
"Jadi ini mengundang keterlibatan swasta yang juga nanti akan ikut berinvestasi dalam pembangunan jaringan kereta perkotaan," jelas dia.