Mengintip Usaha Perahu Berusia Puluhan Tahun di Pinggir Semarang

Mengintip Usaha Perahu Berusia Puluhan Tahun di Pinggir Semarang

Aji Kusuma - detikFinance
Jumat, 08 Feb 2019 10:00 WIB
Foto: Aji Kusuma/detikcom
Semarang - Desakan industri perahu modern tak membuat Muljono gentar untuk tetap memproduksi perahu tradisional. Sejak 30 tahun lalu, Muljono merintis usaha pembuatan perahu tradisional.

"Dulu belajar dengan almarhum bapak mas, ya pelan-pelan dijalani sampai sekarang bisa tetap meneruskan," jelas Muljono kepada detikFinance, seperti ditulis Jumat (8/2/2019).

Tak hanya digunakan nelayan lokal di kawasan Rawa Pening dan Semarang. Perahu buatan Muljono sudah sampai ke seantero Pulau Jawa, mulai dari Pantai Selatan hingga Pantai Utara.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dari Wonogiri, Demak, Surabaya sudah pernah memesan pada saya. Dari ukuran kecil sampai besar sekalipun, Insya Allah kami bisa mengerjakan," ujar Muljono.


Dalam proses pembuatan perahu tradisional, Muljono selalu berupaya menjaga kualitas. Hal ini tetap ia pegang teguh supaya pelanggan tidak kecewa saat menggunakan perahu buatannya.

"Pesan perahu disini itu harus sabar menunggu, apalagi saat musim jarang matahari. Jangan memaksakan kayu basah untuk bahan produksi, nanti pasti jelek hasilnya. Kalau ngeyel minta cepat ya risiko saya bicarakan," jelas Muljono sembari membenahi peci hitam yang melekat di kepalanya.

Mengintip Usaha Perahu Tradisional Berusia Puluhan Tahun di Pinggiran SemarangFoto: Aji Kusuma/detikcom

Muljono mematok harga perahu mulai dari Rp 750.000 hingga Rp 5 juta. Harga masing-masing perahu dipengaruhi kualitas bahan dan ukuran yang diinginkan.

Sejauh ini Muljono membuat perahu paling kecil berukuran panjang 450 cm x 65 cm untuk kapasitas satu orang. Sedangkan yang paling besar ukuran 1000 cm x 250 cm untuk kapasitas 10 orang.


Terkait bahan yang digunakan, Muljono kerap kali berburu mencari kayu. Ia lebih mantap mencari kayu sendiri supaya perahu produksinya memiliki kualitas pilihan sejak bahan dasarnya.

"Bahan yang sering saya gunakan mahoni dan sengon, itu relatif kuat dan murah. Namun kalau ingin pakai Jati dan bisa mengurus ijin penggunaan kayu jati ya saya mau, tapi harganya bisa sampai lima kali lipat dari harga biasa, karena bahan dasar kayunya mahal," tandas Muljono.


Simak Juga 'Bisnis Sampingan Puluhan Juta Rupiah Anggota Polres Jombang':

[Gambas:Video 20detik]


Mengintip Usaha Perahu Berusia Puluhan Tahun di Pinggir Semarang

(ara/ara)

Hide Ads