VP Corporate Secretary Garuda Indonesia Ikhsan Rosan menyebutkan beragam faktor yang membuat maskapainya harus menaikkan tarif, mulai dari harga avtur hingga gejolak nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
"Kan kita menghitung sekarang harga harga cost dengan inflasi, fluktuasi, harga avtur, kebandaraan, dolar, ya memang harus dinaikkan," katanya ditemui di Gedung Sainath Tower, Kemayoran, Jakarta Pusat, Jumat (8/2/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Harga yang sudah naik ini menurutnya sudah sesuai dengan harga keekonomian.
"Tapi memang poinnya, kan sebelumnya kita sudah ngobrol, bahwa harga yang kita implementasikan sekarang itu memang sudah harga keekonomian, harga cost. Itu ya harga BEP istilahnya," jelasnya.
Dia menjelaskan, tarif yang selama ini berlaku sudah harus disesuaikan dengan kondisi kondisi yang ada. Itu dilakukan agar biaya operasional yang dikeluarkan Garuda Indonesia bisa ditutup dengan tarif yang diberlakukan.
"Kalau kita bisnis kan costnya harus menutupi, harga kan juga harus nutupin cost. Itu yang kita munculkan sekarang," tambahnya.
Simak Juga 'INACA: Bagasi Berbayar Bantu 30% Pendapatan Maskapai':
(zlf/zlf)