Inilah yang membuat target ekonomi tumbuh 7% seperti yang dijanjikan tak pernah tercapai.
"Kita bisa asumsikan perencanaan tersebut perencanaan yang kurang cermat karena dasarnya adalah omong kosong. Karena janji 7% itu kemudian diturunkan dalam sebuah perencanaan dan keluarlah 35.000 MW, keluarlah Rp 4.000 triliun hanya karena 7%," katanya di Prabowo-Sandi Media Center, Jakarta Selatan, Jumat (8/2/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia memberi contoh Afrika Selatan yang dianggap investasinya berlebihan alias over investment untuk pembangunan infrastruktur. Itu terjadi di kisaran tahun 1970-1980.
"Jadi mereka mencoba menggenjot infrastruktur dengan berlebihan, investasinya besar sekali dengan harapan pertumbuhan mereka naik, tapi yang terjadi tidak, pertumbuhan ekonomi mereka justru stagnan dan terus menurun setelahnya," ujarnya.
Dari contoh kasus di atas, menurutnya pembangunan infrastruktur tidak bisa dijadikan sebagai satu satunya cara mendorong pertumbuhan ekonomi.
"Ini kemudian banyak menjadi studi terutama Afrika Selatan yang menarik, sehingga kemudian dikenal lah bahwa infrastruktur tidak bisa dijadikan sebagai satu satunya cara mendorong perekonomian," ujarnya.
Menurutnya investasi harus seimbang antara untuk infrastruktur dan sektor produktif seperti alat alat industri.
"Nah kalau kita ingin meningkatkan produktivitas biasanya berapa banyak investasi mesinnya, karena mesin akan menghasilkan output barang. Sementara kalau infrastruktur itu adalah sarana, tidak secara langsung menghasilkan output," tambahnya. (hns/hns)