Stanley Ho, Raja Judi Penguasa Makau

Cerita Sukses

Stanley Ho, Raja Judi Penguasa Makau

Trio Hamdani - detikFinance
Rabu, 13 Feb 2019 08:11 WIB
Stanley Ho. Foto: Dok. Reuters
Jakarta - Sebagian masyarakat masih menganggap judi sebagai hal tabu. Terlepas dari pro dan kontra, bisnis perjudian mampu mendatangkan pundi pundi uang yang tak sedikit. Stanley Ho adalah salah satunya.

Pria yang lahir di Hong Kong pada 25 November 1921 silam itu sukses mengelola bisnis perjudian skala besar hingga menghantarkannya mejadi seorang miliuner.

Dilansir dari berbagai sumber, Rabu (13/2/2019), Ho adalah anak kesembilan dari Ho Sai Kwong dan Flora Sin, keluarga berpengaruh yang punya hubungan dengan Sir Robert Hotung, seorang pengusaha sukses yang sering disebut sebagai "The Grand Old Man of Hong Kong."

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sayang, masa kecil yang dia jalani tak berlangsung mulus. Ketika Ho masih anak-anak, ayahnya bangkrut. Itu membuat keluarganya harus menghadapi kondisi keuangan yang memprihatinkan, dan diperparah ketika dua saudara laki-lakinya bunuh diri.

Ho kurang berprestasi di bidang akademik. Namun, dia menyadari pendidikan adalah kesempatan terbaiknya untuk mendapatkan kembali kekayaan yang dulu pernah dimiliki keluarganya. Tekad itu memicu dirinya mengejar beasiswa ke Universitas Hong Kong.

Rupanya nasib berkata lain. Saat itu sedang berlangsung awal Perang Dunia II yang menyebabkan invasi oleh Jepang. Dia terpaksa melarikan diri ke Makau.

Kondisi tersebut membuatnya beradaptasi. Singkatnya dia mulai bekerja di perusahaan ekspor-impor milik Jepang. Ho menyelundupkan barang-barang mewah ke China, dan hal itu memungkinkannya untuk mengumpulkan sedikit uang.


Dengan uang itu lah dia meluncurkan perusahaan konstruksi dan minyak tanah. Perlahan namun pasti, dia membangun kerajaan bisnisnya sendiri.

Pada gilirannya, Ho menemukan mitra bisnisnya, yaitu Yip Hon, Teddy Yip, dan taipan Hong Kong Henry Fok. Ho memutuskan untuk mengejar monopoli perjudian yang menguntungkan di Makau.

Untuk merebut kendali bisnis dari sebuah keluarga yang sudah mengakar di sana, Ho menjanjikan untuk membangun infrastruktur kota dan mempromosikan pariwisata. Tak sia-sia, pada 1962 mereka dianugerahi monopoli perjudian dari pemerintah Portugis yang punya kendali di wilayah tersebut waktu itu.

Di situ lah cikal bakal terciptanya Sociedade de Turismo e Diversoes de Macau, SARL (STDM), serta Ho's Shun Tak Holdings, Ltd yang merupakan bisnis Ho.

Perusahaannya dengan cepat bercabang ke sejumlah lini bisnis lain, termasuk hotel, perbankan, transportasi udara, dan hiburan. Pada puncak kekuasaannya, diperkirakan bahwa Ho menguasai lebih dari setengah ekonomi Makau.

Sementara beberapa mitranya puas menjadi pemain di Makau, Ho bekerja keras untuk menyebarkan pengaruhnya ke bagian lain dunia.


Selama beberapa dekade, Ho menginvestasikan sejumlah besar uang di Kanada, Timor Timur, Mozambik, Vietnam, Portugal, China, Hong Kong, Indonesia, dan Filipina. Pada satu titik, dia bahkan berhasil membuat kasino dibuka di ruang bawah tanah sebuah hotel Korea Utara.

Berdasarkan keterangan yang ditulis oleh salah satu laman web, tharawat-magazine.com, Ho mengantongi kekayaan US$ 4,8 miliar atau setara Rp 69,6 triliun (kurs Rp 14.500 per US$).

(ang/ang)

Hide Ads