Cerita Gilarsi Pulang Kampung Demi Bangkitkan Pos Indonesia

Cerita Gilarsi Pulang Kampung Demi Bangkitkan Pos Indonesia

Hendra Kusuma - detikFinance
Kamis, 21 Feb 2019 14:21 WIB
Foto: Grandyos Zafna
Jakarta - Pada November 2015, Menteri BUMN Rini Soemarno memutuskan untuk menjadikan Gilarsi Wahyu Setijono sebagai Direktur Utama PT Pos Indonesia (Persero).

Melalui Keputusan Menteri BUMN selaku Rapat Umum Pemegang Saham PT Pos Indonesia (Persero) Nomor: SK-229/MBU/11/2015 tentang Pengangkatan Anggota-Anggota Direksi Perusahaan Perseroan PT Pos Indonesia (Persero), Gilarsi menggantikan dua direksi lama yang menjadi terdakwa kasus pengadaan perangkat portabel data terminal (PDT) di tahun anggaran 2012-2013.

Gilarsi mengatakan, penunjukannya sebagai Bos Pos Indonesia tidak datang begitu saja, ada cerita yang sampai akhirnya membawa Gilarsi sebagai orang nomor satu di perusahaan pelat merah itu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Awalnya, Gilarsi memutuskan kembali ke Indonesia pada tahun 2007 untuk menyehatkan PT Shafira Corporation Enterprise, sebuah perusahaan busana muslim yang dibangunnya.


Sebelum memutuskan untuk menyehatkan perusahaan busana muslim itu, pria lulusan ITB ini tercatat sebagai Business Excellence Director Philips Lighting Asia Pacific dan Managing Director untuk wilayah Thailand, China dan Filipina di perusahaan investasi Merrill Lynch Investment.

"Ketika tahun 2013-2014 sudah saatnya saya serahkan melepaskan diri (dari Shafira), dalam arti ya saya masih mengawasi tapi tidak punya rule, saya melakukan hal lain termasuk otomotif, kita suplai sparepart Daihatsu untuk bodypart, jadi dari situ kemudian berinteraksi kembali dengan teman Indonesia, networknya kembali, sampai muncul tawaran bantulah kita punya BUMN yang perlu disehatkan," kata Gilarsi saat berbincang dengan detikFinance di markas PT Pos, Jalan Banda, Bandung, Senin awal pekan ini.

Dari jaringan yang dimilikinya, akhirnya reputasinya sebagai profesional yang mampu menyehatkan perusahaan sakit pun terdengar sampai Kementerian BUMN, dan langsung ditawari untuk memimpin Pos Indonesia.


Dari diskusi awal, kata Gilarsi, dirinya selalu menghindari tawaran tersebut dengan berbagai alasan. Sebab, dirinya tidak pernah tumbuh besar di lingkungan BUMN.

"Tetapi pada akhirnya muncul semacam nurani, "Hei terus apa yang Anda berikan kepada bangsa ini, toh kamu lahir dari Indonesia, kamu anak yang dibesarkan oleh Indonesia, sekolah juga negeri, SMP, SMA, ITB juga negara, saya juga dibesarkan oleh negara, nah," tegas dia.

Meski sudah memantapkan diri mengabdi kepada negara, Gilarsi menyadari bahwa keputusannya itu memiliki dampak yang sangat besar terhadap hubungannya dengan keluarga. Khususnya sang istri yang sangat kaget mendengar keputusan tersebut.

"Waktu itu istri saya di Jepang, saya (bilang bahwa) dipanggil Bu Menteri menerima surat pengangkatan Dirut PT Pos, saya telepon, istri saya bilang inalillahi wainnailaihi, itu jawaban istri saya karena dia tahu dia akan kehilangan privilege yang biasanya private life kita menjadi hilang, masuk ke dunia public yang tentu dari sisi responsibility menjadi berbeda," kenang dia.

Meski keputusan tersebut memberikan banyak perubahan bagi kehidupannya namun Gilarsi tidak menyesal sama sekali. Karena Pos Indonesia memang membutuhkan perubahan besar demi keberlangsungan usaha dan 28.000 pegawainya.

Adapun, ada tiga hal yang menjadi prioritas Galarsi dalam menyehatkan Pos Indonesia, yang pertama adalah mentransformasi budaya kerja. Kedua, transformasi bisnis model, Ketiga adalah, transformasi bisnis proses hingga infrastruktur.

"Jadi ada tiga poin besar yang memang harus dilakukan secara paralel," kata dia. (hek/zlf)

Hide Ads