Menurut Perry ekonomi dalam negeri juga saat ini sedang menghadapi gelombang dari eksternal yang iklimnya sedang tidak ramah termasuk ke Indonesia.
"Kita (Indonesia) bisa bertahan bahkan juga menjaga stabilitas tapi ekonominya naik. Tahun lalu itu tumbuh 5,17% tapi jangan dilihat angkanya (5,17%) dilihat juga komposisinya," kata Perry dalam sebuah diskusi di hotel Dharmawangsa, Senin (4/3/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kemudian, dia melanjutkan untuk mendorong perekonomian dibutuhkan langkah konkret seperti meningkatkan nilai ekspor barang. Misalnya dengan mengolah bahan mentah menjadi bahan siap pakai.
"Selama ini kita terlena dari dulu sampai sekarang kita ekspor barang mentah, lupa kalau kita juga butuh. Kenapa kita impor baja padahal kita punya Nike segala macam dan harus impor? Kita harus buat value added supaya investasi naik sehingga pertumbuhan ekonominya bisa lebih tinggi," jelas dia.
BI memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia 2019 ini tumbuh di kisaran 5%-5,4% dengan titik tengah 5,2%. Diperkirakan ekonomi bisa terus membaik karena tahun ini ada pemilu serentak, investasi yang diproyeksi lebih tinggi. Namun memang tidak bisa tumbuh lebih cepat karena ekonomi globalnya sedang sulit.
Saksikan juga video 'Prabowo Janjikan Pertumbuhan Ekonomi RI 7-8%, Praktisi: Berat!':
(kil/zlf)