Jakarta -
Bandara di Bali Utara rencananya bakal dibangun di daerah Kubutambahan, Buleleng, Bali. Proyek tersebut dinilai harus belajar dari proyek Bandara Kertajati di Majalengka, Jawa Barat yang hingga kini masih sepi pengguna.
Apalagi di kawasan tersebut tak jauh dengan bandara eksisting yaitu Bandara Internasional Ngurah Rai dan Bandara Internasional Banyuwangi.
PT Bandara Internasional Bali Utara (PT BIBU) Panji Sakti adalah badan usaha yang memprakarsai pembangunan bandara di Bali Utara.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
detikFinance pun mengulas informasi-informasi terkait hal tersebut. Untuk selengkapnya ada di halaman selanjutnya.
Pengamat kebijakan publik Agus Pambagio menyebut, nilai keekonomian Bandara Bali Utara harus memperhatikan bandara eksisting di sekitarnya. Itu agar tak senasib dengan Bandara Kertajati yang kini masih sepi.
"Bandara itu kan ada di sekitar dekat dengan Ngurah Rai sama dekat dengan Banyuwangi. Secara ekonomi masuk nggak, terus (Bandara Bali Utara) mau internasional juga, yang dua sudah internasional," katanya kepada detikFinance, Selasa (5/3/2019).
Jika dipaksakan melayani penerbangan internasional, dikhawatirkan pemanfaatan bandara tersebut malah tidak optimal dan bisa bernasib seperti Bandara Kertajati.
Terlebih membuat bandara berskala internasional membutuhkan investasi yang lebih besar karena standarnya harus benar-benar memenuhi persyaratan internasional.
"Yang terbang di situ (Bandara Bali Utara) mana? jangan jangan Singapura doang internasionalnya. Buktikan dulu hitung hitungannya baru dibuat. Kalau nggak jadi kayak Kertajati," sebutnya.
"Sekarang lagi modelnya bangun bandara baru terus nggak kepakai," tambahnya.
Direktur Operasional PT BIBU Panji Sakti, Tulus Pranowo menjelaskan, dari aspek kebutuhan, adanya bandara baru di Bali memang diperlukan. Pasalnya penerbangan di Bandara Ngurah Rai sudah sangat padat.
"Di sana kan masalahnya landasannya cuma satu. (Sementara penerbangannya) nambah terus nambah terus, itu satu," katanya saat dihubungi detikFinance, Selasa (5/3/2019).
Terminal Bandara Internasional Ngurah Rai, menurutnya juga sudah tidak mungkin diperluas karena ketersediaan lahannya tidak memungkinkan.
Lanjut dia, belum lagi beban akses jalan di luar bandara menuju bandara sudah terlalu tinggi untuk menampung jumlah pengunjung bandara. Sebagai gambaran, dia memperkirakan ada 10 juta penumpang di Bandara Internasional Ngurah Rai.
"Sehingga memang perlu ada alternatif bandar udara baru," jelasnya.
"Kalau ditanya ke kami, harapan kami kalau diberi izin akan melayani internasional, karena sebagai penyeimbang dari bandara yang di selatan," tambahnya.
Bandara di Bali Utara siap dibangun tahun depan atau 2020 mendatang. Hal itu diungkapkan Direktur Operasional PT BIBU Panji Sakti, Tulus Pranowo. Menurutnya itu berdasarkan keinginan dari Kementerian Perhubungan (Kemenhub).
"Itu kan yang bilang 2020 dari pemerintah, Kementerian Perhubungan. Tapi menurut saya, ya bisa 2020 bisa lebih cepat," katanya saat dihubungi detikFinance, Selasa (5/3/2019).
Namun hal itu bisa dilakukan jika proses-proses pra pembangunan bisa selesai dengan cepat. Tahapan yang harus dilakukan adalah studi kelayakan (feasibility study), penetapan lokasi (penlok), penyelesaian masterplan dan studi amdal yang lebih mendalam. Setelah itu mulai disusun detail engineering design.
"Nah setelah itu selesai nanti Kemenhub akan keluarkan IMB-nya untuk bandara. Nah itu baru bangun kalau sudah ada IMB," sebutnya.
Sementara saat ini prosesnya baru sampai pada feasibility study untuk menetapkan lokasi bandara tersebut.
"Cepat atau tidak kan tergantung juga dari kecepatan mengambil keputusan. Itu kan tahapannya seperti itu detail engineering design itu agak lama, bisa 6 bulan," tambahnya.
Halaman Selanjutnya
Halaman