Panen di Blitar, Kementan Ajak Peternak Serap Jagung Petani

Panen di Blitar, Kementan Ajak Peternak Serap Jagung Petani

Tia Reisha - detikFinance
Rabu, 06 Mar 2019 12:15 WIB
Foto: Dok. Kementan
Jakarta - Saat ini petani jagung di Blitar sedang menikmati musim panen raya jagung. Berdasarkan data dari Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Blitar dilaporkan bahwa luas lahan yang dipanen pada Kecamatan Wates mencapai 3.033 Ha dengan perkiraan panen jagung sebanyak 15.000-18.000 ton. Sedangkan di di Desa Tulungrejo, luas panen mencapai 452 Ha dengan perkiraan panen jagung sebanyak 2.200-2.700 ton.

Hadir pada acara Panen Raya Jagung Desa Tulungrejo, Kecamatan Wates, Kabupaten Blitar (5/3), Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan I Ketut Diarmita menuturkan bahwa jagung tidak saja dimanfaatkan sebagai konsumsi langsung untuk pangan, tapi juga dimanfaatkan oleh industri pakan, para peternak ayam petelur (layer), dan industri benih.

"Ini alasannya kenapa saya Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan ditugaskan oleh Bapak Menteri Pertanian hadir dalam acara panen jagung di sini. Saya mengajak bapak dan ibu sekalian untuk meningkatkan produksi jagung dan meningkatkan populasi ternak," ujarnya dalam keterangan tertulis, Rabu (6/3/2019).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia juga mengatakan pengguna jagung terbesar di Indonesia adalah peternak dan pabrik pakan sebagai bahan pakan terutama pakan unggas. Berdasarkan data prognosa jagung tahun 2018, Badan Ketahanan Pangan dari total penggunaan jagung di Indonesia mencapai 15,58 juta ton dan sekitar 66,1% atau sekitar 10,3 juta ton adalah industri pakan dan peternak mandiri.

"Untuk tahun 2019, kebutuhan jagung industri pakan diperkirakan sebesar 8,6 juta ton ditambah kebutuhan jagung peternak mandiri sebesar 2,9 juta ton," lanjutnya.


Hal ini, menurutnya, dapat menjadi pendorong bagi berkembangnya agrobisnis jagung di Indonesia dalam rangka peningkatan produksi dan kesejahteraan petani, serta motor penggerak pembangunan di perdesaan.

Namun demikian, ia mengungkapkan bahwa permasalahan pokok terkait jagung adalah adanya fluktuasi produksi jagung. "Sekitar 75% total produksi jagung terjadi pada bulan Januari hingga Agustus. Sedangkan kebutuhan industri pakan dan peternak mandiri relatif konstan sepanjang tahun," kata Ketut.

"Fluktuasi produksi inilah yang akan menimbulkan peluang terjadinya guncangan terhadap harga jagung domestik. Untuk itu, kita harus mengelolanya dengan baik," sambungnya.

Lebih lanjut, Ketut menjelaskan bahwa salah satu yang dilakukan untuk menjembatani kepentingan petani dan peternak terkait dengan harga jagung adalah dengan diterbitkannya Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 96 Tahun 2018 Tentang Harga Acuan Pembelian di Tingkat Petani dan Harga Acuan Penjualan di Tingkat Konsumen.

"Dalam Permendag ini telah ditetapkan harga acuan pembelian jagung di tingkat petani dengan kadar air 15% sebesar Rp 3.150/kg dan harga acuan penjualan di industri pengguna (sebagai pakan ternak) sebesar Rp 4.000/kg," lanjutnya.

Ia pun berharap agar Perum Bulog dapat menjembatani kepentingan petani sebagai produsen dan kepentingan peternak serta industri pakan sebagai pihak konsumen. Sehingga harga jagung tetap stabil pada saat panen raya seperti ini.

"Selamat kepada petani yang pada hari ini melakukan panen raya jagung. Semoga hasil panen ini kian menambah motivasi para petani untuk lebih meningkatkan luas tanam maupun produktivitas," kata Ketut.

"Di sini saya juga meminta partisipasi aktif dari peternak dan industri pakan dalam menjaga stabilitas harga jagung melalui optimalisasi penyerapan jagung oleh para peternak mandiri dan pabrik pakan," tambahnya.

Ketut juga menegaskan bahwa pemerintah hanya memfasilitasi dalam negosiasi antara petani, peternak dan feedmil. Sehingga petani, peternak, dan pihak feedmill mendapatkan harga yang saling menguntungkan bagi semua pihak. "Bila terjadi situasi yang tidak stabil, mari dibicarakan bersama-sama untuk mencari solusi yang terbaik," tegasnya.


Sementara itu, Asisten I Bidang Ekonomi Pembagunan Daerah, Tuti Khomariah memberikan apresiasi kepada Kementan yang telah memberikan batuan benih untuk petani di wilayahnya. Kecamatan Wates mendapatkan bantuan benih jagung seluas 1.050 ha dengan jumlah benih sebanyak 15.750 kg. Sedangkan untuk seluruh Desa Tulungrejo mendapatkan bantuan benih jagung seluas 225 ha dengan jumlah benih sebanyak 3.375 kg.

Acara panen raya jagung di Desa Tulungrejo, Kecamatan Wates, khususnya dikelola oleh Kelompok Tani Sido Makmur dengan luas hamparan yang ditanami jagung seluas 70 ha dengan provitas jagung 6,1 ton/ha. Sebelumnya kelompok tani ini mendapat bantuan dari Kementan sebanyak 25 ha dengan jumlah benih 375 kg, selebihnya ditanami jagung secara swadaya.

Tuti juga mengungkapkan bahwa upaya yang dilakukan Pemda Blitar untuk menstabilkan harga adalah dengan mempertemukan antara petani jagung dan peternak untuk melakukan kerja sama sehingga saling menguntungkan.

"Petani jagung dan peternak sebaiknya ada hubungan yang saling menguntungkan, sama-sama saling menyejahterakan," imbaunya.

Ia juga berharap dengan kehadiran Dirjen PKH pada saat panen raya jagung ini dapat memberikan semangat kepada petani dan peternak untuk tetap menanam jagung dan meningkatkan populasi ternak.

Pada kesempatan tersebut, perwakilan dari Asosiasi Peternak Blitar, Rofi Rosiawan menyatakan siap membeli jagung sebanyak 1.000-1.500 ton perhari dengan harga Rp 3.650/kg dengan kadar air 16-17% dan akan dibayar cash.

Sedangkan Ketua Koperasi Peternak Unggas Sejahtera Blitar Sukarman menyampaikan bahwa Blitar masih kekurangan jagung sekitar 680 ribu ton per tahun. Sehingga untuk memenuhi kebutuhan tersebut diharapkan hasil produksi jagung dari Blitar tidak dijual keluar.

Selain itu, ia juga mengusulkan kepada Kementan agar bantuan dryer yang diberikan kepada petani dan peternak di Lamongan sebanyak 20 unit dapat dipindahkan 10 dryer untuk petani dan peternak Blitar.

Panen raya jagung yang sedang dinikmati oleh petani jagung di Blora ini selain dihadiri oleh Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian RI, juga dihadiri oleh Asisten I Bidang Ekonomi Pembangunan Daerah Blitar, Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan, Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Jawa Timur, Kepala Pusvetma Surabaya, Komandan Kodim Blitar, Kepala Polres Blitar, Kepala Bulog Divre Jawa Timur, serta para peternak. (prf/hns)

Hide Ads