"Pertumbuhan laba bersih yang positif terutama disebabkan pertumbuhan signifikan kinerja produksi dan penjualan komoditas utama Antam, serta peningkatan efisiensi yang berujung pada stabilnya level biaya tunai operasi Antam," tulis Antam dalam keterangannya, Rabu (13/3/2019).
Penjualan bersih Antam di tahun 2018 tercatat sebesar Rp 25,24 triliun, naik 99% dibandingkan penjualan bersih 2017 sebesar Rp 12,65 triliun. Kinerja keuangan Antam tergambarkan dari pertumbuhan Earning Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization (EBITDA) 2018 tercatat sebesar Rp 3,33 triliun, tumbuh 51% dibandingkan dengan capaian EBITDA 2017 sebesar Rp 2,21 triliun.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dari sisi produksi, pada 2018 Antam mencatatkan capaian produksi dan penjualan feronikel, dan penjualan emas tertinggi sepanjang sejarah perusahaan. Sepanjang 2018, nilai penjualan bersih Antam tercatat sebesar Rp 25,24 triliun, dengan komoditas emas merupakan komponen terbesar pendapatan perusahaan yang berkontribusi sebesar Rp 16,69 triliun atau 66% dari total penjualan bersih 2018.
Sementara volume produksi feronikel sebesar 24.868 ton nikel dalam feronikel (TNi) pada 2018 naik sebesar 14% dari capaian 2017 sebesar 21.762 TNi. Penjualan feronikel pun tumbuh 10% mencapai 24.135 TNi, dibandingkan 2017 sebesar 21.878 TNi.
Antam mengatakan peningkatan volume produksi dan penjualan feronikel sejalan dengan tercapainya stabilitas operasi produksi pabrik feronikel Antam di Pomalaa, yang saat ini memiliki kapasitas produksi terpasang hingga 27.000 TNi per tahun. Penjualan feronikel pada 2018 merupakan kontributor terbesar kedua dari total penjualan bersih Antam, dengan kontribusi sebesar Rp 4,66 triliun atau 18% dari total penjualan bersih 2018.
Untuk komoditas emas, Antam mencatatkan capaian penjualan tertinggi sepanjang sejarah perusahaan. Pada 2018, volume penjualan emas mencapai 27.894 kg (896.812 t.oz), atau naik signifikan sebesar 111% dibandingkan capaian 2017 sebesar 13.202 kg (424.454 t.oz), seiring dengan strategi pengembangan pasar emas baik domestik dan ekspor, serta inovasi produk Logam Mulia Antam.
Pendapatan Antam dari penjualan emas di 2018 tercatat sebesar Rp 16,69 triliun. Capaian penjualan bersih tersebut naik 126% dibandingkan penjualan bersih emas 2017 yang tercatat sebesar Rp 7,37 triliun. Antam mencatatkan total volume produksi emas dari tambang Pongkor dan Cibaliung sebesar 1.957 kg (62.919 t.oz) pada 2018.
Untuk komoditas bijih nikel, tercatat volume produksi 2018 sebesar 9,31 juta wet metric ton (wmt), atau naik sebesar 67% dibandingkan volume produksi 2017 sebesar 5,57 juta wmt. Antam memproduksi bijih nikel untuk kebutuhan bahan baku pabrik feronikel perusahaan, serta untuk memenuhi permintaan pasar domestik maupun ekspor.
Sementara volume penjualan bijih nikel pada 2018 tercatat sebesar 6,33 juta wmt, atau naik sigifikan 116% dibandingkan volume penjualan 2017 sebesar 2,93 juta wmt. Antam mencatatkan pendapatan penjualan dari bijih nikel di 2018 sebesar Rp 2,93 triliun atau tumbuh sebesar 114% dibandingkan nilai penjualan bijih nikel pada periode 2017 sebesar Rp 1,36 triliun.
Selain itu pada 2018, komoditas bauksit juga turut memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan kinerja operasional Antam. Capaian produksi bijih bauksit pada 2018 mencapai 1,10 juta wmt, naik sebesar 70% dibandingkan capaian 2017 sebesar 648 ribu wmt.
Sepanjang 2018, volume penjualan bijih bauksit mencapai 920 ribu wmt, naik 10% dibandingkan capaian penjualan bijih bauksit 2017. Pada 2018 Antam mencatatkan pendapatan dari bijih bauksit sebesar Rp 482 miliar naik 21% dibandingkan nilai penjualan bijih bauksit pada 2017 sebesar Rp 398 miliar.
Dengan nilai kas dan setara kas sebesar Rp 4,29 triliun, Antam masih memiliki posisi keuangan yang cukup solid. Proyek kunci Antam saat ini yang mencakup Proyek Pembangunan Pabrik Feronikel Haltim (P3FH) berjalan dengan on track dengan realisasi kontsruksi 92% sampai dengan akhir 2018.
Direncanakan pabrik Feronikel Haltim (Line 1) memiliki kapasitas produksi sebesar 13.500 Tni, yang mana konstruksi pabrik direncanakan selesai pada Semester Pertama 2019. Nantinya dengan selesainya proyek pembangunan pabrik feronikel Haltim (Line 1), akan meningkatkan kapasitas total terpasang feronikel Antam sebesar 50% dari kapasitas produksi feronikel terpasang saat ini sebesar 27.000 TNi menjadi 40.500 TNi per tahun.
Sejalan dengan strategi Antam untuk meningkatkan nilai tambah komoditas mineral, terutama untuk mengolah cadangan bijih nikel kadar rendah, pada 2018 perusahaan menandatangani Head of Agreement (HoA) Proyek Pengembangan Pabrik Nickel Pig Iron (NPI) Blast Furnace Halmahera Timur dengan mitra strategis Ocean Energy Nickel International Pte. Ltd (OENI).
Proyek NPI Blast Furnace memiliki total kapasitas produksi mencapai 320.000 ton NPI atau setara dengan 30.000 ton nikel dalam NPI (TNi) yang terdiri dari 8 line produksi. Direncanakan dua line pertama akan memulai fase produksi pada Triwulan ke-4 2020.
Dalam hal pengembangan komoditas bauksit, saat ini Antam terus berfokus pada pembangunan pabrik Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR), bekerja sama dengan PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) (Inalum) yang memiliki kapasitas pengolahan sebesar 1 juta ton SGA per tahun (Tahap 1).
Antam Menyelesaikan Restrukturitasi Kerjasama Patungan di PT Indonesia Chemical Alumina
Pada 2018, Antam bersama dengan Showa Denko K.K (SDK) Jepang telah menandatangani akta perjanjian jual beli saham PT Indonesia Chemical Alumina (PT ICA) sebagai proses final dari pembelian keseluruhan saham SDK di PT ICA oleh Antam. PT ICA ialah perusahaan yang mengoperasikan Pabrik Chemical Grade Alumina (CGA) Tayan.
Melalui proses ini, Antam secara resmi memiliki keseluruhan 100% saham di PT ICA dari posisi kepemilikan sebelumnya yaitu sebesar 80% dengan 20% kepemilikan saham sebelumnya dimiliki oleh SDK. Transaksi jual-beli saham SDK di PT ICA kepada Antam dilakukan dengan nilai pembelian yang telah disepakati dalam perjanjian sebesar US$ 1,00 (Satu Dolar Amerika Serikat).
Dengan adanya transfer teknologi, pengembangan produk serta dukungan pemasaran, perusahaan optimis komoditas alumina Antam tetap memiliki daya saing global dan dapat memberikan nilai ekonomi yang positif bagi perusahaan dan para pemegang saham.
Jumlah Pemegang Saham Antam Tumbuh 27,68% Sepanjang 2018
Sepanjang periode Januari sampai dengan Desember 2018, kinerja positif saham Antam tercermin dari peningkatan jumlah investor yang menginvestasikan sahamnya di Antam, dengan pertumbuhan jumlah investor sebesar 27,68% dari 36.877 investor menjadi 47.085 investor pada akhir 2018.
Saham Antam setiap harinya aktif diperdagangkan di BEI, sampai dengan periode Desember 2018 volume rata-rata perdagangan saham harian yang mencapai 74,79 juta saham dengan rata-rata nilai transaksi harian sebesar Rp 62,01 miliar.
Kinerja saham Antam yang cemerlang pada 2019, terefleksikan sejak awal 2019 dengan harga penutupan saham pada akhir Februari 2019 sebesar Rp 1.015 per saham, naik 32% dibandingkan harga penutupan saham Antam pada akhir Desember 2018 sebesar Rp 765 per saham.
Pada 2018, saham Antam menjadi bagian dari Indeks IDX Small-Mid Cap (SMC) Composite, Indeks IDX SMC Liquid, Indeks PEFINDO Investment Grade (i-Grade), Jakarta Islamic Index, Jakarta Islamic Index 70, Indeks Kompas100, Indeks IDX BUMN20 dan Indeks MNC36 di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Saham ANTAM juga tetap menjadi bagian dari indeks IDX LQ45 dan Indeks IDX30 yang merupakan kelompok saham dengan tingkat likuiditas tertinggi di BEI. (prf/ara)