Berubah Pikiran, Trump Ikut 'Kandangkan' Boeing 737 Max 8

Berubah Pikiran, Trump Ikut 'Kandangkan' Boeing 737 Max 8

Danang Sugianto - detikFinance
Kamis, 14 Mar 2019 11:54 WIB
Foto: REUTERS/Mary Schwalm
Jakarta - Amerika Serikat (AS) tiba-tiba berubah pikiran. Otoritas penerbangan AS pada Rabu sore waktu setempat mengumumkan untuk melarang pesawat Boeing 737 Max beroperasi di negaranya.

AS menjadi negara paling lama yang mengambil keputusan itu. Sebelumnya banyak negara termasuk di Eropa yang sudah mengambil keputusan pelarangan terlebih dahulu. Demikian dilansir dari CNN, Kamis (14/3/2019).

Keputusan otoritas AS itu diambil setelah dua kali terjadi kecelakaan pesawat Boeing 737 Max milik Lion Air di Indonesia pada Oktober tahun lalu dan Ethiopian Airlines belum lama ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Penyebab kecelakaan kedua pesawat belum diketahui. Penyelidik masih mencari penyebab kedua kecelakaan itu.



Penyelidikan awal menunjukkan bahwa pilot dalam kecelakaan Lion Air berjuang untuk mendapatkan kendali atas pesawat setelah bagian depan pesawat dipaksa turun oleh fitur keselamatan otomatis.

Lalu CEO Ethiopian Airlines mengatakan pilotnya juga melaporkan masalah sulitnya mengendalikan pesawat sebelum kecelakaan.

Otoritas penerbangan di seluruh dunia telah memerintahkan pesawat-pesawat itu untuk dilarang terbang. Amerika Serikat pada dasarnya adalah negara terakhir yang masih memungkinkan pesawat itu terbang.

Boeing mengatakan tetap percaya diri dalam keselamatan pesawat-pesawat itu. Akan tetapi bahwa perusahaan merekomendasikan penutupan itu sendiri.

"Karena sangat berhati-hati dan untuk meyakinkan publik keselamatan penerbangan," seperti dikutip dari sebuah pernyataan dari perusahaan.

"Kami mendukung langkah proaktif ini. Kami melakukan segala yang kami bisa untuk memahami penyebab kecelakaan dengan para penyelidik, menyebarkan peningkatan keselamatan dan membantu memastikan ini tidak terjadi lagi," kata CEO Dennis Muilenburg dalam pernyataannya.

Dia sekali lagi menyatakan simpati perusahaan kepada keluarga korban kecelakaan dan mengatakan bahwa perusahaan tidak memiliki prioritas lebih besar daripada keselamatan pesawatnya.

(das/eds)

Hide Ads