Kebijakan tersebut, jika nanti disahkan bisa merugikan Indonesia dalam hal ekspor produk CPO ke Uni Eropa. RED II ini menyuarakan bahwa Uni Eropa menargetkan pemakaian energi terbarukan di UE mencapai 32% pada 2030.
"Kita akan mengambil langkah langkah yang lebih keras. Kita sudah nggak punya pilihan sekarang. Kita sudah mencoba berunding, menjelaskan, lobi, tapi kelihatannya ini mereka jalan saja terus, nggak apa, kita juga ngambil langkah yang baru saja," kata Darmin ditemui di kantornya, Jumat (15/3/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Nah kita sendiri melihat situasi ini sudah demikian jauh, ya kita mulai, kan masalah kita selama ini kita tahu mereka itu diskriminatif, tapi kita belum bisa membawanya ke WTO, kan belum ada langkah konkret," jelasnya.
Saat ini rancangan kebijakan tersebut masih ada di Komisi Eropa. Darmin masih akan mempelajari lebih lanjut.
"Komisi Eropa itu baru satu tahap, dia masih akan naik ke Parlemen Eropa, dia masih akan naik ke Dewan Eropa. Jadi mereka masih perlu waktu dua bulan untuk ke Parlemen Eropa. Tapi tentu ini sudah warning yang serius," ungkapnya.
"Jadi itu dia kalau soal CPO kita akan mulai mengambil langkah-langkah yang lebih frontal," tambah Darmin. (zlf/zlf)