Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya menjelaskan misalnya di wilayah Nusa Tenggara Barat (NTB) tingkat keterisian kamar hotel turun hingga 20%.
"Di NTB itu tadinya ada okupansi 36%, sempat naik 50% dan sekarang turun ke kisaran 20% secara tahunan," ujar Arief di Bank Indonesia (BI), Jakarta, Senin (18/3/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Arief menjelaskan ada masalah lain yang timbul akibat mahalnya harga tiket ini. Seperti penundaan penerbangan dalam negeri atau domestik.
"(Harga tiket) Pengaruh banget, saya tidak tahu tepatnya, ratusan flight sudah dibatalkan. Dari dalam mau ke Sumba, NTB, jumlahnya belum diketahui," imbuh dia.
Arief mengatakan kenaikan tiket yang cukup mahal juga sempat dikeluhkan oleh pemerintah daerah seperti Bupati Banyuwangi dan Aceh. Harga tiket dari kedua daerah ini berada di atas rata-rata harga biasanya.
"Tiket kalau di domestik terpengaruh, internasional tidak pengaruh. Kilometer yang dari internasional lebih murah. Disindir juga dari Bupati Banyuwangi, return tiket dari Banyuwangi-KL Rp 500.000," jelasnya.
"Di domestik, sini lebih dekat sampai Rp 1,2 juta, PP sampai Rp 2,4 juta. Meskipun yang Rp 500.000 adalah promo. Tapi kan jauh banget selisihnya. Terus kemaren kesindir juga kita dari Aceh ke Surabaya, lebih murah ke KL dulu baru ke Surabaya," ujar dia. (kil/hns)