Ruas tol ini pun digadang-gadang dapat menjadi stimulan untuk menggenjot arus logistik di Pulau Sumatera. Operator tol ini malah berkata mempercepat dan mempermudah logistik merupakan tujuan dibangunnya tol ini.
Lalu, apa benar arus logistik bisa menjadi lebih mudah, cepat, dan efektif?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau lewat Timur (lintas Sumatera) bisa 8 jam. Kalau lewat sini cuma 5 jam. Enak sini lah, lebih dekat juga jarak tempuhnya," ungkap Nanang waktu ditemui saat dia beristirahat di rest area KM 33 tol Bakter, Kamis (14/3/2019).
Nanang juga mengatakan konstruksi jalan di tol yang baru diresmikan ini sangat bagus dan mulus, apalagi kalau dia bandingkan dengan jalan Lintas Sumatera. "Lewat lintas Timur itu jalannya agak rusak," katanya.
Hal serupa juga diungkapkan Bunta, seorang supir truk logistik yang juga mau berangkat ke Palembang lewat tol Bakter. Dia menjelaskan jalan di tol Bakter sangat mulus untuk kendaraannya.
"Lumayan enak. Jalannya lebih bagus nggak ada yang rusak," sebut Bunta.
Bunta juga mengatakan dengan melewati tol ini perjalanannya pun dapat dipersingkat. Otomatis menurutnya bahan bakar menjadi lebih irit.
"Yang pasti kita lebih irit minyak (BBM)," kata Bunta.
Selain itu tol yang masih gratis pun menjadi daya tarik keduanya untuk menjajal tol yang membentang sejauh 140 km ini. Saat ditanya apakah masih mau menggunakan tol ini saat sudah ditarif, keduanya kompak menjawab, "masih mau lah."
"Ya masih lah yang jelas gimana, jalan disana (timur) itu jelek, disini bagus jalannya, lebih cepat juga," kata Nanang.
Keduanya berharap agar tol ini tetap terjaga kualitasnya, bukan hanya itu yang paling penting mereka meminta agar jalan tol cepat-cepat bisa menghubungkan Pelabuhan Bakauheni hingga Palembang.
"Pengennya cepat selesai semua lah biar enak jalannya nggak repot. Nggak liku liku, nge-tol terus," sebut Nanang.