Demi Penumpang, Garuda Batalkan Pesanan Boeing 737 Max 8

Demi Penumpang, Garuda Batalkan Pesanan Boeing 737 Max 8

Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Jumat, 22 Mar 2019 09:28 WIB
Demi Penumpang, Garuda Batalkan Pesanan Boeing 737 Max 8
Ilustrasi/Foto: Getty Images
Jakarta - PT Garuda Indonesia (Persero) mengatakan akan menghentikan dan membatalkan pemesanan Boeing 737 Max 8.

Direktur Utama Garuda Indonesia, I Gusti Ngurah Askhara Danadiputra mengatakan bahwa pihaknya sudah berkirim surat dengan pihak Boeing untuk menyatakan pembatalan tersebut.

Pria yang juga akrab disapa Ari Ashkara ini menilai salah satu alasan Garuda membatalkan pemesannya karena hilangnya kepercayaan penumpang untuk menggunakan Boeing 737 Max 8.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bagaimana informasi selengkapnya? Simak rangkuman yang dihimpun detikFinance, klik halaman berikutnya.
Ari menyatakan pihaknya telah melakukan pembatalan pada pemesanan unit pesawat Boeing 737 MAX 8. Dia mengatakan bahwa pihaknya pun sudah menyurati pihak Boeing untuk menghentikan pemesanan Boeing 737 MAX 8.

"Kami sendiri sudah kirim surat ke McAllister (bos Boeing) kalau kami nyatakan untuk cancel 49 unit," ungkap Ari saat ditemui di Plaza Indonesia, Jakarta, Kamis (21/3/2019).

Selanjutnya, Ari menuturkan pihak Boeing akan segera bertemu dengan Garuda. Menurut penuturan Ari, mereka akan mendatangi kantornya untuk menegosiasikan kelanjutan surat penghentian pesanan dari Garuda ke pihak Boeing.

"Untuk negosiasi, mereka (Boeing) dengan pemimpin barunya akan datang tanggal 28 Maret (2019) di Kantor Garuda. Jadi kita sudah mulai mendiskusikan, memang jawabannya standar mereka mau mempertimbangkan dan negosiasi, tapi negosiasi ini bisa panjang," ungkap Ari.

Dalam negosiasi tersebut menurut Ari, pihaknya memprioritaskan untuk mencari alternatif jenis pesawat lain dibanding dengan menolak mentah-mentah permintaan negosiasi. Dia menegaskan pihaknya sudah memposisikan diri untuk membatalkan jenis 737 MAX 8, hanya saja kalau ada alternarif jenis pesawat lain pihaknya tetap membuka diri.

"Prinsipnya kami bukannya mau ganti Boeing tapi akan cari tipe lain, jadi mungkin mereka tawarkan Boeing 737 MAX 10, itu (pesawat) yang baru, saingannya mungkin Airbus 321," ungkap Ari.

Melanjutkan perkataannya Ari mengungkapkan bahwa masalah Boeing kini adalah kehilangan kepercayaan dari para konsumen Garuda Indonesia. Ari mengatakan penumpang maskapainya sudah tidak ingin menumpang Boeing 737 MAX 8.

Lebih jauh Ari menuturkan meskipun MAX 8 dibenahi pihak Boeing, kepercayaan penumpang pada pesawat tersebut tidak akan kembali lagi. Itulah alasan pihaknya untuk menghentikan pemesanan 49 sisa Boeing 737 MAX 8.

"Jadi meskipun mereka sudah benahi sistem MAX 8, itu confidence penumpang sudah nggak ada. Jadi kami minta itu 49 dibatalkan," tegas Ari.

Garuda Indonesia sendiri sebelumnya memesan sekitar 50 pesawat Boeing 737 MAX 8, dan satu diantaranya sudah tiba di Indonesia sejak 2017 lalu. Namun, karena pelarangan dari Kementerian Perhubungan, pesawat tersebut telah dilarang terbang dan dikandangkan.

Garuda juga terancam kehilangan US$ 26 juta alias Rp 364 miliar (pada kurs Rp 14.000). Hal tersebut dapat terjadi apabila negosiasi antara pihak Garuda dan Boeing tidak menemukan titik tengah dan berakhir buntu.

Uang miliaran rupiah tersebut digunakan Garuda untuk membayar pre down payment (PDP) alias tanda jadi untuk pemesanan 50 Boeing 737 MAX 8.

Kini, usai Garuda menyatakan untuk menghentikan pesanannya karena larangan terbang Boeing 737 MAX 8 maka pihak Boeing ingin melakukan negosiasi untuk menindaklanjuti hal tersebut. Secara kontrak bila negosiasi tersebut belum menemukan kesepakatan, bisa saja uang PDP yang dibayar Garuda hangus.

"Kalau sesuai kontrak kita nggak bisa narik, itu merupakan resiko kalau (uang) nggak balik ya," ungkap Ari.

Namun, optimisme muncul di pihak Ari. Dia yakin dengan predikat Garuda yang merupakan salah satu pemesan terbanyak Boeing, pihak Boeing akan memberikan jalan tengah yang menguntungkan.

"Nggak mungkin mereka ignore Garuda, kita kan salah satu leader of market mereka nggak mungkin mereka ignore," ungkap Ari.

Sebelumnya, pihak Garuda, menurut Ari, sudah mengeluarkan dana awalan untuk pemesanan Boeing 737 MAX 8. Dana tersebut mencakup seluruh 50 pesawat yang dipesan, termasuk di dalamnya satu pesawat yang datang 2017 di Indonesia dan kini dikandangkan.

"Kita sudah bayar ke Boeing sebesar US$26 juta untuk 50 unit yang masuk kan baru satu. Pasti Boeing juga tidak akan kembalikan begitu saja, makanya mereka akan negosiasi," ungkap Ari.

Ari menyebutkan pihaknya pun membuka opsi untuk menggunakan pabrikan pesawat lain apabila negosiasi dengan Boeing berakhir buntu.

"Kalau beralih (pabrikan pesawat), mungkin saja, kalau negonya stuck. Pastinya kita akan resiko kehilangan pre down payment (PDP)," kata Ari.

Dia mengatakan pihaknya tidak menutup kemungkinan untuk mencari pabrikan lain. Terlebih lagi kalau ada pabrikan lain memberikan penawaran yang menarik dan tepat kepadanya.

"Kalau kita lihat deal dengan pabrikan lain itu bagus dan bisa di-absorb, kami memang terbuka untuk opsi itu," ungkap Ari.

Namun, Ari optimis negosiasi dengan Boeing akan berjalan dengan baik.

"Tapi saya confidence sama Boeing karena mereka pabrikan kita sejak lama tahun 80-an," ungkapnya.

Hide Ads