Jonan mengatakan, pada tahun 2008 perusahaan migas dan tambang mendominasi daftar perusahaan terbesar di dunia. Sebutnya, PetroChina, Exxon, Gazproom, Royal Dutch Shell, hingga Sinopec.
"10 perusahaan terbesar di 2008, itu 5 adalah perusahaan ekstratif, perusahaan pertambangan," kata Jonan di Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat, Senin (1/4/2019)
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, pada tahun 2018 perusahaan itu menghilang dari daftar 10 perusahaan terbesar dunia. Perusahaan terbesar di dunia kemudian diisi oleh perusahaan sektor teknologi.
"...., Apple, Google, Microsoft, Amazon, Facebook, dan lain-lain. Kalau kita lihat 2018 rangking 1-10 ada nggak perusahaan ekstraktif? Nggak ada. 10 tahun sudah hilang, habis sudah nggak ada," ungkapnya.
Jonan, menambahkan, perusahaan-perusahaan terbesar itu juga mayoritas berusia relatif muda.
"10 perusahaan terbesar di 2018 itu hanya 4 perusahaan yang mungkin lebih tua dari kita. 6-nya lebih muda. Masa ada yang lahir 2005 di sini," ujarnya.
Menurut Jonan, hal itu menunjukan jika nilai perusahaan bukan berdasarkan dari volume, namun kemanfaatan. Berkaca dari itu, maka perlunya hilirisasi.
"Value itu bukan dari volume dari kemanfaatan. Makanya dipaksa untuk bikin pengolahan, pemurnian dan hilirisasi itu yang menurut saya penting sekali," tutupnya.
Tonton juga video Jaringan Gas Tekan Impor LPG Hingga Rp 216 M dalam Setahun: