Heboh Anies Tuding LRT Jabodebek & Tol Becakayu Biang Kerok Banjir

Heboh Anies Tuding LRT Jabodebek & Tol Becakayu Biang Kerok Banjir

Trio Hamdani - detikFinance
Sabtu, 06 Apr 2019 08:30 WIB
Heboh Anies Tuding LRT Jabodebek & Tol Becakayu Biang Kerok Banjir
Foto: Agung Pambudhy
Jakarta - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menuding proyek LRT Jabodebek dan Tol Becakayu jadi biang kerok banjir di sekitar flyover Pancoran dan Cawang yang baru-baru ini terjadi. Hal itu karena kontraktor proyek dianggap tak mengikuti analisis dampak lingkungan (amdal) dengan baik.

Kontraktor proyek LRT Jabodebek adalah PT Adhi Karya (Persero) Tbk dan proyek Tol Becakayu adalah PT Waskita Karya (Persero) Tbk. Kedua perusahaan konstruksi pelat merah itu mendapat teguran keras dari Anies.

Lantas, apa kata pihak kontraktor? Benarkah proyek mereka sebagai penyebab banjir? detikFinance merangkum informasi selengkapnya pada halaman berikut:

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengecek lokasi yang sempat digenangi banjir di sekitar flyover Pancoran dan Cawang. Anies memberi peringatan keras kepada kontraktor LRT Jabodebek untuk membenahi saluran air proyeknya.

"Saya beri peringatan keras kepada mereka bahwa tahun lalu sudah terjadi. Mereka sudah mengoreksi dengan memberi pompa permanen. Saya bilang tambah lagi," ujarnya Kamis (4/4/2019).

Dalam akun Instagramnya @aniesbaswedan, Anies memberi peringatan keras ke PT Waskita Karya (Persero) tol Becakayu dan LRT dan PT Adhi Karya (Persero) Tbk terkait banjir tersebut. Berikut petikan peringatan keras Anies yang dikutip dari akun Instagramnya:

Pihak kontraktor tidak mampu mengantisipasi volume air dari hujan deras, karena pompa yang tersedia bersifat mobile dan kapasitas terbatas. Selain itu, jumlah pompa dinilai masih kurang sehingga kemarin pihak Dinas SDA Pemprov DKI Jakarta membantu agar beban air tidak menumpuk di daerah selatan Jakarta.⁣

Kami minta pihak kontraktor Adhi Karya (LRT) dan Waskita Karya (Tol Becakayu) segera lakukan koreksi. Kami akan panggil mereka dan review semua proyek mereka di DKI Jakarta. Ini semua ada di AMDAL (Analisa Mengenai Dampak Lingkungan). Ketika menyusun AMDAL, ada kewajiban-kewajiban untuk kontraktor menyiapkan semua instrumen pencegah banjir.⁣
⁣
Ini salah satu contoh, mengapa kami selalu minta kepada seluruh kontraktor proyek di Jakarta untuk mematuhi AMDAL dan menyiapkan mekanisme yang baik dalam mengatasi aliran air ketika musim hujan.⁣
⁣
Jangan dianggap enteng. Apalagi ini jalan-jalan protokol. Karena ketika anda lalai menjalankan yang sudah ada dalam rencana, kelalaian itu berimplikasi kepada penderitaan ratusan ribu warga yang ada di sekitar ini, yang lalu lalang sekitar jalan ini. Hari ini kita berikan peringatan keras. Dan kita akan minta agar tidak terulang lagi.


PT Kresna Kusuma Dyandra Marga (KKDM), anak usaha Waskita Karya yang mengelola tol Becakayu, membantah tudingan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan. Pimpinan Proyek Tol Becakayu PT KKDM, Herarto Startiono mengatakan, pihaknya sudah melakukan langkah-langkah untuk mencegah terjadinya banjir.

"Kita kan sudah membuat 5 pompa, kemudian membuat saluran-saluran yang kecil digedein, sudah semua, bukan karena kita sebenarnya," kata Herarto saat dihubungi detikFinance, Jakarta, Jumat (5/4/2019).

Dia mengatakan, salah satu penyebab terjadinya banjir adalah buangan air Tol Wiyoto Wiyono yang diakibatkan drainase saluran memanjangnya di beberapa tempat di tengah median tidak berfungsi, sehingga menyebabkan Jalan Panjaitan tergenang air. Itu diperlukan perbaikan saluran di bawah Tol Wiyoto Wiyono ke arah Sungai Cipinang.

"Dari tol Wiyoto Wiyono juga menyumbang, dari semua-semua itu. Kan Tol Wiyono dibuangnya ke bawah langsung ke jalan arteri," sebutnya.

Meski demikian, pihaknya akan ikut membantu pemerintah kota (pemkot) Jakarta Timur dan Kementerian PUPR untuk menanggulangi permasalahan tersebut. Nantinya akan dilakukan pelebaran drainase, dan cross drain yaitu saluran drainase yang melintang di bawah jalan.

"Ini segera. Ini kan tadi koordinasi sama pak walikota, mungkin hari Senin kita sudah melakukan action, titik-titik mana yang perlu dibikin resapan, dibikin cross drain, di mana saja, nah nanti kita koordinasi sama kotamadya, sama PUPR," tambahnya.

PT Adhi Karya (Persero) Tbk selaku kontraktor mengakui proyeknya ikut menyebabkan banjir.

"Kalau banjir kan faktornya, variabelnya banyak ya, di antaranya ada kontribusi dari proyek kami. Jadi kita sama-sama dengan Pemprov DKI mengindetifikasi dan menyelesaikan masalah," kata Direktur Operasi II Adhi Karya Pundjung Setya Brata kepada detikFinance, Jakarta, Jumat (5/4/2019).

Pihaknya pun bersama Pemkot Jakarta Timur sudah duduk bareng untuk mencarikan solusinya.

Dia mengatakan, ada tiga poin yang menjadi perhatian pihaknya atas proyek yang jadi penyebab banjir. Pertama adalah melakukan pemeliharaan saluran air di sekitar proyek. Kedua pompa yang sudah ada ditambahkan agar jika debit air tinggi bisa dikuras dengan cepat.

Ketiga pihaknya juga mengidentifikasi saluran pembuangan yang sudah ada cukup atau tidak untuk mengalirkan air. Pihaknya berharap dengan upaya itu, banjir tidak akan terjadi lagi.

"Jadi kita lakukan perpanjangan saluran dan penggunaan pipa untuk tambah kapasitas saluran eksisting. Mudah-mudahan dengan upaya ini banjir nggak akan terjadi lagi," tambahnya.

Bila ditelisik, baru kali ini terjadi banjir cukup besar di lokasi proyek infrastruktur tersebut. Artinya selama ini proses pembangunannya tak menimbulkan masalah banjir. Lantas, tepatkah Anies menyalahkan proyek tersebut sebagai penyebab banjir?

Menurut pengamat tata kota Yayat Supriatna memang ada yang salah dalam proses pembangunan proyek tersebut. Yayat mengatakan, selama ini memang belum pernah terjadi banjir parah di kawasan pembangunan proyek tersebut. Tapi justru itu yang menurutnya membuat si kontraktor lalai mengantisipasi curah hujan yang tinggi sehingga terjadi banjir cukup parah.

"Nah jangan-jangan ketika informasi tentang curah hujan itu tidak diperhatikan dan menganggap bahwa kejadian-kejadian sebelumnya tidak pernah terjadi, itu ada unsur kealfaan baik penempatan urukan, terkait penggalian, terkait ada potensi genangan," kata Yayat kepada detikFinance, Jakarta, Jumat (5/4/2019).

Menurutnya, si kontraktor tidak memerhatikan bahwa curah hujan sedang tinggi-tingginya. Oleh karena itu tingginya curah hujan tidak diantisipasi.

"Mungkin ada pekerjaan konstruksi yang menggali pondasi atau mengeruk menyebabkan air tergenang di situ, atau kemungkinan ada pekerjaan penumpukan barang, alat, tanah dan sebagainya yang membuat air mengalir ke tempat lain atau air tertahan," ujarnya.

Dia mengingatkan, sekalipun pekerjaan proyek itu ingin cepat selesai tapi jangan sampai mengabaikan dampak lingkungan.

Hide Ads