"Kita ini merasakan sektor riil tidak bergerak. Daya beli turun, harga mahal. Itu tidak bergerak. Masyarakat tidak punya lagi space, tidak punya lagi tabungan untuk belanja lebih dari kebutuhan pokok mereka," katanya dalam Diskusi Bareng Aliansi Pengusaha Nasional Indonesia di Jakarta, Senin (8/4/2019).
Erwin mengatakan, investasi lebih banyak menyasar ke startup dibanding sektor riil. Padahal, menurut Erwin, startup-startup yang ada hanya melakukan aksi bakar uang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Investasi kita banyak masuk ke start up, bukan ke sektor riil. Jutaan, miliaran dolar masuk ke startup, tapi bakar uang karena mencari market share, tapi rugi semua itu mau Go-Jek, BukaLapak, itu rugi semua. Tetapi ya kita bersyukur mereka bisa tumbuh," jelasnya.
Erwin lantas menyinggung soal aturan pajak e-commerce yang dibatalkan pemerintah. Menurutnya, hal itu bisa membuat negara kehilangan potensi pendapatan dari Pajak Pertambahan nilai (PPn).
"Saya nggak tahu pemerintah sekarang lebih cinta ke e-commerce daripada sektor riil. Sudah mau dipajakin, eh pajaknya dibatalin. Akhirnya apa? Mungkin PPn di e-commerce itu nggak ditagih. Banyak PPn-PPn tidak masuk, tadi ya karena transaksinya tadi nggak jelas," katanya.
"Kita khawatir bahwa pemerintah ini tidak memiliki navigator. Karena pemerintah itu pemimpinnya harus kuat. Ini yang diluruskan. Terlalu banyak pemimpin di negeri ini," tutur Erwin.