Aplikasi Anti Tengkulak Kelola Rp 1 M/Bulan untuk Sejahterakan Petani

Aplikasi Anti Tengkulak Kelola Rp 1 M/Bulan untuk Sejahterakan Petani

Hendra Kusuma - detikFinance
Minggu, 14 Apr 2019 16:57 WIB
Foto: iStock
Jakarta - Tidak ada yang menduga bahwa menjalankan usaha berbasis teknologi mampu meraup keuntungan yang lumayan besar. Selain keuntungan, tujuan dari sebuah perusahaan berbasis teknologi ini terbilang mulia.

Bagaimana tidak, TaniJoy yang merupakan perusahaan rintisan teknologi pertanian yang menghubungkan investor dengan mitra lahan dan mitra tani. Perusahaan ini berdiri sejak 2017, bertujuan memotong rantai pasok distribusi yang panjang antara petani hingga konsumen. Selain itu, juga bertujuan untuk menyerap sekaligus memberikan kepastian harga kepada para petani.

Pihaknya juga menawarkan layanan investasi proyek pertanian kepada para investor. Bahkan, aplikasi ini menugaskan field manager yang bertugas mengawasi dan mendampingi petani selama proyek berjalan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Rata-rata dana yang dikelola Rp 1.000.000.000,00 (Rp 1 miliar) per bulan dari fintech yang dijalankan," kata Co Founder & CEO TaniJoy Muhammad Nanda Putra kepada detikFinance, Jakarta, Sabtu (6/4/2019).


Dari perusaha yang dibangunnya ini, Nanda menyebut, TaniJoy tidak sekedar memutus rantai distribusi namun juga membantu petani melalui permodalan input, sehingga hasil panen bisa dikontrol.

Dalam aplikasi TaniJoy, ada dua layanan yang dapat dimanfaatkan oleh petani. Yaitu, Tanijoy investment app yang ditujukan bagi para investor dan Tanijoy for farmer yang ditujukan untuk mitra tani.

Lebih lanjut dia mennelaskan, khusus layanan yang bisa dimanfaatkan oleh investor adalah semacam pear to pear landing.

Sebelum mampu mengelola dana Rp 1 miliar perbulannya, Nanda mengaku mengeluarkan modal mencapai Rp 60 juta untuk membangun TaniJoy. Aplikasi ini pun dibangun oleh timnya sendiri.

"Karena kita membuat di sini mengembangkan produk yang selalu berkembang sesuai dengan kebutuhan customer dan juga perusahaan dan seringkali tingkat perubahannya sangat cepat," ujar dia.


"Selain itu kita juga ingin mengontrol dari kualitas apa yang sedang kita kembangkan, dengan manajemen standar pengembangan yang baik serta disiplin membuat kualitas yang kita kembangkan lebih terjaga," tambahnya.

Adapun, alasan Nanda bersama teman-temannya membangun aplikasi TaniJoy karena terinspirasi dari kondisi petani nasional yang kurang sejahtera. Padahal, sekitar 34/5% tenaga kerja di indonesia asalah petani. Di mana, 60% merupakan petani dengan usia senja.

Dari kondisi ini, Nanda bertekad untuk meningkatkan kesejahteraan dengan memotong mata rantai distribusi dan memberikan akses permodalan bagi para petani nasional.

"Apabila kita membandingkan kondisi Indonesia dengan Negara lain yang lebih maju, kita masih tertinggal jauh dari sisi teknologi, edukasi dan akses. Hal tersebut berdampak pada produktifitas tanaman yang tidak optimal," kata dia

TaniJoy sudah memiliki mitra 640 petani aktif dari potensi 2.132 yang tersebar di Jawa dan Sumatera. Sementara mitra pembeli ada 10, yang tersebar di Jakarta ada tujuh, Surabaya satu, Medan satu, dan Bogor satu.

Bagi petani dan investor yang ingin menjadi mitra TaniJoy caranya pun mudah, yaitu tinggal mengakses https://tanijoy.id/kelompoktani.

Dia berharap, melalui aplikasi TaniJoy bisa membuat sebuah ekosistem agribisnis pertanian yang di mana semua stakeholder bisa saling terhubung dan berkolaborasi satu dengan lainnya.

(hek/dna)

Hide Ads