Perusahaan berencana melakukan right issue sebesar US$ 730 juta atau setara Rp 10,22 triliun (kurs Rp 14.000). Aksi korporasi ini merupakan bagian dari program pendanaan komprehensif LPKR seperti diumumkan pada 12 Maret.
"Sejumlah saham sebanyak-banyaknya 48 miliar saham baru. Tentu harganya masih akan ditentukan karena komitmen yang kami terima dari pemegang saham masih dalam bentuk US dolar. Sehingga nanti kita akan lihat konversinya pada saat persetujuan yang diberikan OJK," ujar Presdir LPKR Ketut Budi Wijaya di Hotel Aryaduta, Jakarta, Kamis (18/4/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setelah memperoleh persetujuan para pemegang saham dalam RUPST, rencananya perseroan akan mengurus Pernyataan Pendaftaran Right Issue (Penawaran Umum Terbatas) ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Right issue diharapkan dapat dilaksanakan pada semester pertama 2019.
Dana dari rights issue akan digunakan perusahaan untuk memperkuat neraca dan konstruksi bagi proyek-proyek utama yang sedang berjalan, termasuk Meikarta.
Pada 21 Maret 2019, LPKR telah menerima penyetoran lebih awal sebesar US$ 280 juta dalam bentuk tunai dari pemegang saham PT Inti Anugerah Pratama (IAP) dan anak perusahaan yang sepenuhnya dimiliki IAP. Penyetoran lebih awal ini merupakan penyetoran modal di muka untuk bagian hak dari IAP dalam rights issue.
Selain itu dalam RUPST perusahaan memutuskan tidak akan melakukan pembagian dividen dari laba bersih setelah pajak 2018. Alasannya mempertimbangkan berbagai proyek yang sedang berjalan dan dalam proses penyelesaian.
Dalam RUPST, para pemegang saham juga menyetujui pencalonan anggota Dewan Komisaris yang baru sebagai bagian dari rencana transformasi. Nama baru dalam formasi komisaris LPKR diantaranya Jhon Prasetio yang juga Presiden Komisaris Bursa Efek Indonesia.
Ada juga Stephen Riady yang merupakan Direktur Eksekutif dan Chairman Lippo Limited, lalu George Raymond Zage III yang merupakan Pendiri dan CEO Tiga Investments, Kin Chan dan Anangga 2. Roosdionon.