Rosan menyebutkan Vietnam, Malaysia, dan Thailand lebih banyak menyerap investasi asing. Salah satu alasannya menurut Rosan adalah karena industri di sana berkembang pesat, terlebih lagi mereka mendapatkan relokasi industri dari China.
"Jujur saja kita paling bontot itu investasi masuk ke Indonesia, lebih banyak masuk ke Vietnam, Thailand, Malaysia, mereka banyak nikmati relokasi industri dari China," ungkap Rosan, di Ritz Carlton, Pacific Place, Jakarta, Rabu (24/4/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berkaca dari hal tersebut menurut Rosan pekerjaan rumah Indonesia adalah menggenjot sektor industri manufaktur. Rosan menyebutkan bahwa Indonesia telah mengalami deindustrialisasi.
"Memang PR (pekerjaan rumah) kita bangun industri manufaktur kita, yang terjadi deindustrialisasi. Selama ini tumbuh tapi di bawah GDP, dulu manufaktur hampir 30%, di 2019 hanya 20%-an. Ini terus menurun," kata Rosan.
Belum lagi ungkap Rosan, bahwa 90% impor yang dilakukan merupakan bahan baku bukti bahwa kurang efektifnya industri manufaktur di Indonesia. Hal tersebutlah yang harus diperhatikan pemerintah menurut Rosan.
Baca juga: Investor Kumpul Diskusi Ekonomi Usai Pemilu |
"Sedangkan di satu sisi 90% impor kita bahan baku. Ini lingkaran yang harus kita bereskan, kuncinya ini industri kita diperbaiki," kata Rosan.
Rosan pun mengingatkan bahwa sektor industri pariwisata pun dapat digenjot perkembangannya. Menurutnya, pariwisata dapay menjadi potensi menggenjot perekonomian Indonesia termasuk masuknya investasi ke dalam negeri.
"Juga pariwisata yang akan jadi ujung tombak dan nomor 1 adalah perekonomian kita beberapa tahun ke depan," kata Rosan.
Tonton video Jokowi Dorong Pameran Kerajinan Merangsek ke Eksosistem Online: