Menurut dokumen yang diterima awak media, kedua komisaris itu merasa keberatan dengan pengakuan pendapatan atas transaksi Perjanjian Kerja Sama Penyediaan Layanan Konektivitas Dalam Penerbangan, antara PT Mahata Aero Teknologi dan PT Citilink Indonesia. Pengakuan itu dianggap tidak sesuai dengan kaidah pernyataan standar akuntansi keuangan (PSAK) nomor 23.
Sebab manajemen Garuda Indonesia mengakui pendapatan dari Mahata sebesar US$ 239.940.000, yang di antaranya sebesar US$ 28.000.000 merupakan bagian dari bagi hasil yang didapat dari PT Sri Wijaya Air. Padahal uang itu masih dalam bentuk piutang, namun diakui perusahaan masuk dalam pendapatan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada hari ini saham perusahaan dengan ticker GIAA itu tercatat dibuka di level 505. Nilai saham tertinggi berada di level 515 sementara yang terendah ada di level 494.
Baca juga: 2 Komisaris Tolak Laporan Keuangan Garuda |
Jika ditarik dalam perdagangan lima hari terakhir, pergerakan saham Garuda tercatat bergerak dari level 462 hingga 560-an. Sementara untuk hari ini saja, saham Garuda tercatat bergerak di kisaran level 495 hingga 515.
Hari ini, saham GIAA ditransaksikan 2.956 kali dengan volume 368.911 lot saham. Nilai transaksi sahamnya sendiri sebesar Rp 18,5 miliar.
Sebagai informasi, PT Garuda Indonesia Tbk hari ini menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST). Hasilnya ada perombakan dari formasi direksi dan komisaris.
Untuk jajaran komisaris Garuda Indonesia jumlahnya berkurang 2 orang dari 7 orang menjadi 5 orang. Ada 4 komisaris yang telah berhenti, termasuk Komisaris Utama Garuda Agus Santoso yang digantikan oleh Sahala Lumban Gaol, perwakilan dari Kementerian BUMN.
Sementara 3 orang komisaris yang telah diberhentikan lainnya yakni Dony Oskaria, Muzaffar Ismail dan Luky Alfirman. Sementara tambahan komisaris yang baru hanya dua, Sahala Lumban Gaol dan Eddy Purwanto.