Gubernur BI Perry Warjiyo menjelaskan indikator kondisi global yang lebih ramah bagi prospek aliran modal masuk asing. Selain itu, BI melihat Fed Fund Rate (FFR) diperkirakan tidak akan menaikkan suku bunga pada tahun dan tahun depan.
"FFR tidak jadi naik, tapi ekonomi global menurun sehingga kita perlu mendorong ekspor," ujar Perry dalam konferensi pers di Gedung BI, Kamis (25/4/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kemudian untuk inflasi BI optimis masih sesuai dengan sasaran yakni 3,5% plus minus 1%. Posisi rupiah yang bergerak pada kisaran Rp 14.200-14.000 per dolar AS dinilai cukup stabil.
Cadangan devisa RI periode Maret 2019 US$ 124,5 miliar. Saat ini BI juga masih melihat risiko kenaikan defisit transaksi berjalan pada kuartal kedua akibat faktor musiman didorong oleh pembayaran bunga dividen.
"Musiman pada kuartal II/2019, defisit transaksi berjalan memang bergerak naik, tapi kami pastikan akan di bawah 3%," ungkap Perry.
Di sisi lain, Perry menegaskan pihaknya akan memantau stabilitas eksternal pada bulan-bulan berikutnya untuk memastikan neraca pembayaran keseluruhan dapat surplus.
"Kami ingin pastikan pada kuartal II/2019, neraca pembayaran akan surplus," tegasnya.
Baca juga: BI Masih Tahan Suku Bunga Acuan di 6% |