"Ya, begini, tadi saya sampaikan juga dalam rapat, bahwa pemerintahan berada di Jakarta atau luar Jakarta, masalah-masalah yang ada di Jakarta harus tetap diselesaikan," kata Anies di Komplek Istana, Jakarta, Senin (29/4/2019).
Salah satu alasan yang membuat Jokowi memindahkan ibu kota karena beban yang ditanggung Jakarta sangat besar. Apalagi, Jakarta sekarang rawan banjir dan mengidap kemacetan yang kronis.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Soal kebutuhan air bersih, pengelolaan udara, pengolahan limbah, transportasi, itu semua masih menjadi PR yang harus diselesaikan," ujar dia.
Meski demikian, Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ini memastikan bahwa wacana pemindahan ibu kota dari Pulau Jawa tidak mengganggu pengerjaan proyek besar di Jakarta.
"Presiden menegaskan bahwa pembicaraan mengenai ibukota tidak ada hubungannya dengan rencana pembangunan besar-besaran di Jakarta. rencana pembangunan besar-besaran di Jakarta tetap berlanjut, jalan terus," ungkap dia.
Dapat diketahui, Anies menyebutkan integrasi antar moda transportasi di Jabodetabek membutuhkan biaya yang tinggi. Angka Rp 571 triliun disebut Anies dibutuhkan untuk membangun transportasi yang terintegrasi tersebut.
"(Rp 571 triliun) itu adalah anggaran pembangunannya. Jadi misalnya kita akan membangun MRT sekarang baru 16 km nanti akan dibangun 231 km, LRT lebih dari 120 km, lalu kereta api yang ada di bawah akan dinaikkan itu muter 27 km sehingga tidak ada lagi kemacetan akibat kereta api yang berhenti," ujar Anies di kantor Wali Kota Jakarta Selatan, Rabu (20/3) lalu.
Tonton video Jokowi Restui Ibu Kota Pindah ke Luar Pulau Jawa: