-
Wakil Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Fadli Zon menyebutkan ada empat kabar buruk bagi perekonomian nasional. Bahkan, kabar buruk tersebut membuat rezim Presiden Joko Widodo (Jokowi) gagal dalam hal ekonomi.
Hal itu diungkapkannya melalui akun Twitter @fadlizon. Dia membuat sebuah informasi yang menjelaskan tentang empat kabar buruk bagi perekonomian Indonesia.
Dia mencatat setidaknya ada empat kabar buruk bagi perekonomian tanah air sepanjang April kemarin. Melalui akun Twitter @fadlizon, dirinya menyampaikan empat kabar buruk tersebut, Sabtu (18/5/2019).
"Dalam sebulan terakhir, saya mencatat setidaknya ada empat kabar buruk ekonomi yang muncul secara berturut-turut," cuit Fadli Zon.
Adapun, empat kabar buruk bagi perekonomian tersebut adalah, utang pemerintah, nilai tukar (kurs) rupiah, capaian pertumbuhan ekonomi, dan defisit atau tekor neraca perdagangan.
Pertama, soal utang, Fadli Zon mengatakan jumlanya terus meningkat sejak 31 Desember 2018, posisi utang adalah Rp 4.418,13 triliun. Pada akhir April 2019 jumlahnya telah meningkat menjadi Rp 4.528,45 triliun.
Kedua, kata Fadli Zon mengenai proyeksi penurunan target pertumbuhan ekonomi di tahun 2019 yang menjadi 5,2%. Ketiga, mengenai nilai tukar atau kurs. Fadli menyebut, telah terjadi pelemahan pada nilai rupiah terhadap dolar AS.
Dia biang nilai tukar rupiah pada pertengahan Mei 2019 tercatat melemah 1,45% secara point to point dibandingkan dengan level akhir April lalu. Angka ini disebut melemah sekitar 1,36% secara rerata jika dibandingkan rerata bulan lalu.
Keempat, adalah defisit neraca dagang April 2019 yang menjadi rekor terparah sepanjang sejarah.
Tak lupa, Fadli mengaitkan hal ini dengan kecurangan Pemilu 2019 yang dia sebut kian masif.
"Jadi, jika demokrasi gagal ditegakkan, hukum gagal diangkat, dan kini ekonomi juga kian amburadul, maka rezim ini memang pantas disebut rezim gagal," katanya.
Ketua DPP PDIP Hendrawan Supratikno menilai Fadli Zon hanya menilai perekonomian dari kacamata oposisi.
"Fadli Zon melihat ekonomi nasional dalam perspektif ekonomi tertutup dan statis. Perspektif tersebut ditambah dengan kacamata oposisi, sehingha gambaran yang muncul terasa gelap," kata Hendrawan saat dihubungi detikFinance, Jakarta, Sabtu (18/5/2019).
Anggapan rezim gagal versi Fadli Zon dikarenakan empat kabar buruk. Pertama, neraca perdagangan per April 2019 terparah sepanjang sejarah. Kedua, utang pemerintah yang bertambah Rp 347 triliun selama April 2019 dari April tahun lalu.
Ketiga, pertumbuhan ekonomi kuartal I-2019 hanya 5,07% atau melambat jika dibandingkan kuartal IV-2018 yang sebesar 5,18%. Keempat, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang terus melemah.
Anggota TKN ini juga menjelaskan, khusus perekonomian Indonesia di level 5,07% masih lebih bagus dibandingkan negara yang sebanding.
"Memuaskan? Tentu belum, tetapi sudah cukup baik, karena ekonomi bergerak relatif stabil, terkelola," jelas dia.
Untuk neraca perdagangan, menurut Hendrawan dikarenakan banyak penyebabnya. Seperti harga komoditas yang fluktuasi dan berdampak pada kinerja ekapor. Sehingga harus dilakukan hilirisasi dalam rangka meningkatkan nilai tambah produk ekspor.
Soal utang pemerintah, pemerintah harus menerapkan manajemen pengelolaan yang hati-hati. Namun, sejauh penggunaannya untuk hal produktif, transparan, dan akuntabel masih bisa dilakukan.
Selanjutnya mengenai nilai tukar, dikatakan Hendrawan telah terjadi sejak Indonesia merdeka. Oleh karena itu, dirinya setuju jika dilakukan penguatan rupiah terhadap dolar AS.
Oleh karena itu, Hendrawan mengungkapkan bahwa perekonomian nasional selama era Jokowi menunjukan perbaikan. Di mana, ada beberapa hal menunjukkan perbaikan.
Seperti penurunan angka kemiskinan, pengangguran, indeks kerentanan sebagai negara gagal justru Indonesia menguat. Hingga kemudahan bisnis yang terus membaik.