naik lebih tinggi dari harga sebelumnya. Ada beberapa argumentasi yang mengatakan bahwa tiket pesawat naik karena faktor keselamatan mereka harus memangkas biaya. Well bisa iya bisa tidak.
Saya pribadi tidak setuju dengan statement tersebut, mengapa? Pertama, karena masih ada maskapai luar negeri yang bisa beroperasi dengan tingkat keamanan tinggi standard internasional, tapi dengan harga tiket yang lebih murah. Kedua, kalau memang tujuannya untuk factor keamanan yang berlaku pada maskapai berbiaya rendah (low cost carrier), lalu kenapa maskapai dengan layanan premium ikutan-ikutan naikin harga? Nah lhoooo... bingung kan?
Well, saya tidak mau berpolemik tentang hal di atas, silahkan anda renungkan dan pikirkan sendiri dengan akal sehat jawabannya. Yang lebih menarik untuk dibahas adalah dampak pada kenaikan harga
tiket yang mahal tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kenapa mereka ingin mudik dengan menggunakan kendaraan pribadi? Pertama, secara biaya relative lebih irit. Betul sekali, apabila anda keluarga dengan anak 2 berarti anda harus membeli 4 tiket yang
harganya gila-gilaan. Kedua, tidak hanya harga tiket yang gila-gilaan mahalnya, jumlah tiket pun tidak memadai.
Tiket kereta contohnya, sudah habis terjual 1-2 bulan sebelum masuk bulan puasa dan itu pun hanya dalam hitungan jam dan hari setelah ditawarkan. Anda terlambat beli, bye-bye saja. Akses jalan lebih cepat dan mulus (dengan tol) juga menjadikan alasan pemudik pulang kampong dengan kendaraan pribadi.
Meskipun masih jelas dalam ingatan kita peristiwa tragedy "brexit" versi Indonesia alias brebes exit ketika terjadi kemacetan luar biasa yang menyebabkan 12 orang meninggal dunia dalam kemacetan, hal ini tetap tidak menyurutkan minat pemudik untuk mudik dengan menggunakan kendaraan pribadi.
Yang tidak kalah menariknya adalah, salah satu alasan mengapa para pemudik memilih mudik dengan menggunakan kendaraan pribadi adalah karena Gengsi. Kenapa gengsi? Karena kendaraan pribadi bagi kebanyakan orang masih dianggap sebagai status social. Status social yang menunjukan bahwa mereka sukses di kota besar (baca: Jakarta).
Karena di kampung halaman biasanya sukses itu diidentikkan dengan penampilan yang berbeda, mentereng, HP baru yang kekinian, dan juga kendaraan pribadi. Selain itu mereka berpendapat bahwa mudik dengan membawa kendaraan pribadi akan mempermudah mobilisasi mereka ketika ingin berjalan-jalan di kampong halaman.
Sebenarnya sah-sah saja untuk membawa kendaraan pribadi ketika mudik, tapi yang kemudian menjadi masalah adalah kendaraan pribadi ini dibeli persis sebelum mereka mudik, untuk kebutuhan mudik saja dan dibeli dengan cara berhutang. Nah, di sinilah letak kesalahannya.
Hal ini tidak bisa dipungkiri dengan naiknya permintaan pengajuan kredit kendaraan di perusahaan multi finance menjelang lebaran setiap tahunnya selama kurang lebih beberapa tahun ke belakang. Dan dengan naiknya harga tiket yang cukup tinggi, maka bisa jadi permintaan kredit kendaraan untuk mudik tahun ini semakin tinggi.
Padahal sudah sering dikatakan sebelumnya bahwa kredit alias utang itu sebaiknya dilakukan untuk membeli asset yang produktif. Oleh sebab itu dibutuhkan keahlian untuk mengetahui asset produktif itu apa saja.
Keahlian ini bisa anda dapatkan dengan mengikuti kelas atau workshop yang dilaksanakan oleh tim IARFC Indonesia atau tim AAM & Associates.
Untuk ilmu yang lebih lengkap lagi, anda bisa belajar tentang perencanaan keuangan komplit, bahkan bisa jadi konsultannya dengan sertifikat Internasional bisa ikutan workshop Basic Financial Planning selain itu ada workshop Intermediate Financial Planning dan Advance Financial Planning. Info lainnya bisa dilihat di www.IARFCIndonesia.com (jangan lupa tanyakan DISKON paket).
Hanya di bulan Ramadhan saja (1x setahun) juga akan dibuka workshop Perencanaan Keuangan Syariah, info bisa dibuka disini http://bit.ly/RIFA19 . Anda bisa diskusi tanya jawab dengan cara bergabung di akun telegram group kami "Seputar Keuangan" atau klik di sini .
Lalu, mengapa membeli mobil dengan utang untuk mudik masuk kategori salah? Akan kita bahas di artikel berikutnya. (dna/dna)