"Di sini kejebak nggak bisa pulang. Nggak bisa pulangnya karena barang nggak bisa kebawa. Kan belanja buat jualan. Jadi nggak bisa kejual. Belanja Rp 70 jutaan, uang nggak muter. Uang nggak bisa muter, bingung," katanya saat berbincang dengan detikFinance di emperan Pasar Tanah Abang, Jakarta, Kamis (23/5/2019).
Saat ini dia terpaksa menginap di rumah saudaranya di Jakarta. Padahal jika pasokan barang jualannya tidak tertahan di Tanah Abang, dia bisa berdagang seperti biasa di kampung halamannya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kan saya dari Tanah Abang belanja misalkan Rp 70 juta ya, 3 hari ya jadi lah sekitar Rp 120an juta (pendapatannya) dalam 3 hari," ujarnya.
Baca juga: Pasar Tanah Abang Bergeliat Lagi |
Barang yang dia pasok dari Tanah Abang disebar ke 30 orang tukang kredit barang. Mereka yang membantu menjualnya. Begitu dagangan habis, Maya kembali lagi ke Tanah Abang untuk memasok barang. Itu biasa dia lakukan tiga hari sekali.
Sayangnya kini dia tak bisa memutar uangnya untuk memanfaatkan momentum ramadhan dalam mengais rezeki. Padahal bulan ramadhan biasanya dagangannya selalu laku, terutama baju koko.
"Kalau mau lebaran gini laku semua. Paling sisa 1-2 potong. Sekarang nggak bisa muterin (dagangan), uang kita beku," paparnya.
Dia pun menyayangkan aksi demo 22 Mei harus berjalan ricuh hingga merembet ke pusat perbelanjaan di Tanah Abang.
"Iya menyayangkan kenapa harus ini, kenapa harus rusuh, kenapa nggak secara damai, demo damai saja, soalnya banyak masyarakat yang dirugikan apalagi pedagang," tambahnya.
Tonton video Pasar Tanah Abang Tutup hingga Situasi Kondusif: