-
Bank Dunia memangkas target pertumbuhan ekonomi global menjadi 2,6% pada 2019. Sebelumnya, pada Januari 2019, Bank Dunia memproyeksi ekonomi global tumbuh 2,9% di 2019.
Sementara itu, pada 2020, ekonomi dunia diprediksi naik tipis menjadi 2,7%. Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati hingga pengusaha buka suara merespons kebijakan Bank Dunia tersebut.
Darmin maupun Sri Mulyani senada pemangkasan tersebut lantaran perang dagang Amerika Serikat dan China tak kunjung reda dan bakal berpengaruh negatif kinerja ekspor Indonesia. Bagaimana pandangan mereka? Seperti Apa Imbasnya bagi Indonesia? Baca selengkapnya di sini:
Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution mengatakan target pertumbuhan ekonomi global dipangkas karena perang dagang Amerika Serikat (AS) dan China.
Menurut Darmin kondisi tersebut berdampak langsung kepada perdagangan secara global, termasuk Indonesia. Ia menjelaskan perang yang terjadi membuat terjadinya perlambatan perdagangan sehingga berpengaruh kepada tujuan ekspor barang dari Indonesia.
"Bagaimana dampaknya? Dampak negatifnya pada ekonomi pasti ada, namun tidak langsung dalam skala besar tapi ada. Negara tujuan ekspor kita baik China maupun AS, kalau dia saling ini terus, pasti saling melambat kalau dua saling melambat, tujuan ekspor kita jadi ngaruh," jelas Darmin di sela-sela acara open house di rumah dinas komplek Widya Chandra, Jakarta Jakarta, Rabu (5/6/2019).
Hanya saja, ia menyoroti kondisi ekonomi Indonesia yang baik, menunjukkan penurunan pertumbuhan ekonomi global tak berdampak langsung. Ia mencontohkan kondisi ekonomi Indonesia yang baik, misalnya kenaikan rating peringkat utang dari -BBB menjadi BBB oleh S&P.
"Nah, kalau saya bilang tadi ekonomi kita masih relatif ok, karena ada faktor-faktor lain. Faktor lain mengenai IMD competitiveness, ada yang tetap mau investasi. Banyak yang mau dan kita attractiveness lebih baik dan kebijakan berjalan," jelas dia.
Darmin pun yakin bahwa pada kuartal II tahun 2019 ini pertumbuhan ekonomi bisa mencapai angka 5,2%.
"Ekonomi dapat tumbuh 5,2% pada kuartal II tahun 2019. Ini didasari manajemen makro ekonomi yang solid, permintaan domestik yang kuat, dan momentum pertumbuhan ang terjadi di pemerintahan Jokowi," tutup dia.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan target pertumbuhan ekonomi global dipangkas karena perang dagang antara Amerika Serikat dan China tak kunjung reda. Menurut Sri Mulyani saat ini ekonomi global telah memasuki implementasi dari ancaman perang dagang, sehingga memang risiko menjadi lebih tinggi.
"Pada Juni memang sudah masuk tidak lagi ancaman, tapi masuk masa implementasi ancaman itu," ujar Sri Mulyani di sela-sela open house Lebaran di rumah dinas komplek Widya Chandra, Jakarta, Rabu (5/6/2019).
Dia menambahkan dampak ke Indonesia akan terasa pada ekspor mulai dari kuartal II tahun ini.
"Pada kuartal kedua, ketiga, keempat akan terpengaruh. Tidak lagi ancaman, tapi implementasi itu. Di Indonesia sudah lihat tanda-tanda, ekspor kita 2017 akhir tinggi sampai 2018, dan kuartal I ini mulai turun lagi," jelasnya.
Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Kamdani antisipasi dilakukan karena para pelaku usaha pada dasarnya sudah melihat penurunan ekonomi secara global. Hal itu akibat adanya perang dagang.
Selain itu, kata Shinta, antisipasi dampak penurunan ekonomi global juga dilakukan untuk perdagangan di dalam negeri. Alhasil, perdagangan domestik tak akan ikut terganggu.
"Seperti kita ketahui pertumbuhan ekonomi dunia memang sudah menurun dan itu sudah diantisipasi. Tapi kita lihat secara positif untuk Indonesia dengan pemilu yang sudah selesai, harapan kami ya tentu saja kita tetap harus mengantisipasi dari dalam negeri sendiri," ujar Shinta di sela-sela open house di rumah dinas Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution, komplek Widya Chandra Jakarta, Rabu (5/6/2019).
"Jadi walaupun situasi di luar ini sangat tidak menentu, tentu saja dengan adanya perang dagang dan hal-hal lain, kita tetap memfokuskan di dalam negeri kita," sambungnya.
Meskipun pertumbuhan ekonomi dunia tengah dikoreksi, pengusaha melihat perekonomian di Indonesia memiliki kemampuan. Ia mencontohkan kenaikan peringkat daya saing dunia dari 32 ke 11. Hal ini pun dinilai pengusaha sebagai hal yang positif.
"Kemarin ada beberapa tanda positif, yang paling saya senang adalah daya saing kita. Selama ini kan IMD Competitiveness kita kan cukup di bawah. Jadi naik 11 tingkat ini luar biasa. Kemarin kami sudah banyak bicara dengan pelaku industri manufaktur dan mereka kelihatannya cukup positif ke depannya," jelas dia.