Perang Dagang AS-China dan Pengaruhnya ke RI

Wawancara Khusus Dubes China untuk RI

Perang Dagang AS-China dan Pengaruhnya ke RI

Danang Sugianto - detikFinance
Kamis, 20 Jun 2019 06:25 WIB
1.

Perang Dagang AS-China dan Pengaruhnya ke RI

Perang Dagang AS-China dan Pengaruhnya ke RI
Foto: Duta Besar China untuk Indonesia Xiao Qian. Foto: Danang Sugianto-detikFinance
Jakarta - Hubungan antara Amerika Serikat (AS) dengan China kembali memanas. Presiden AS Donald Trump kembali melancarkan serangan dengan mengenakan tarif bea masuk barang dari China sebanyak US$ 300 miliar.

China pun membalas dengan kenaikan tarif pada daftar revisi US$ 60 miliar barang AS. Meski berdampak terhadap ekonominya, pihak China menegaskan tidak takut dengan ancaman Trump.

detikFinance berkesempatan untuk berbincang dengan Duta Besar China untuk Indonesia Xiao Qian. Dia mengomentari terpilihnya kembali Jokowi hingga membeberkan tentang apa yang terjadi dalam perang dagang

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berikut wawancara khusus dengan Xiao Qian:
Presiden Joko Widodo telah berhasil terpilih kembali sebagai Presiden RI. Apa harapan Anda terhadap perkembangan hubungan Tiongkok-Indonesia?

Hubungan Tiongkok-Indonesia memiliki potensi yang sangat besar dan prospek yang sangat cerah. Setelah Presiden Joko Widodo berhasil terpilih kembali sebagai Presiden RI, Presiden Tiongkok Xi Jinping langsung mengirimkan ucapan selamat kepada beliau pada kesempatan pertama. Dalam lima tahun terakhir, hubungan Tiongkok-Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden Xi Jinping dan Presiden Joko Widodo telah berkembang pesat dan mencapai hasil yang berlimpah.

Sedangkan untuk lima tahun ke depan, Tiongkok berharap untuk berupaya bersama Indonesia dalam memajukan hubungan kemitraan strategis komprehensif antara kedua negara agar berkembang ke level yang lebih tinggi, demi meningkatkan kesejahteraan rakyat di kedua negara.

Pertama, mempertahankan momentum pertukaran tingkat tinggi dan pertukaran antar-pemerintah pada semua tingkatan. Ini akan memperkokoh kepercayaan strategis antara kedua negara, serta akan menjadi panduan politis dan jaminan kebijakan yang kuat untuk mendukung perkembangan hubungan bilateral.

Kedua, memperkuat sinergisasi antara Inisiatif "Belt and Road" (B&R) Tiongkok dengan gagasan "Poros Maritim Dunia" Indonesia. Kedua negara akan memacu pembangunan Kereta Cepat Jakarta-Bandung, meluncurkan kerja sama substantif Koridor Ekonomi Komprehensif Regional, serta membantu Indonesia dalam program pembangunan daerah di luar Jawa. Selain itu, kedua negara juga perlu aktif mengeksplorasi kerja sama di sektor kapasitas produksi dan industrialisasi, demi menciptakan tumpuan baru dalam upaya sinergisasi strategi pembangunan kedua negara.

Ketiga, memperkuat people-to-people contact. Kedua negara perlu mempererat pertukaran di bidang pariwisata, pendidikan, wadah pemikir (think tank), media, kepemudaan, keagamaan, pemerintahan daerah, dan lain-lain. Kontak pertukaran ini penting untuk memperkokoh landasan dukungan publik bagi hubungan kedua negara.

Keempat, memperkuat koordinasi multilateral. Kedua negara perlu mempererat koordinasi kerja sama dalam kerangka multilateral, termasuk PBB, WTO, dan G-20, juga dalam kerangka regional yang berfokus pada ASEAN. Koordinasi ini diperlukan untuk melindungi kepentingan bersama kedua negara sekaligus kepentingan bersama negara-negara berkembang, serta untuk mewujudkan pembangunan damai di tingkat regional maupun global.

Apa pandangan Anda terhadap gesekan perdagangan antara Tiongkok dan AS?

Tindakan AS memicu gesekan perdagangan dengan Tiongkok merugikan kepentingan kedua negara sekaligus merugikan kepentingan seluruh dunia. Yang ingin saya tekankan di sini adalah, AS adalah pihak yang pertama-tama memicu konflik perdagangan ini, bukan Tiongkok. AS adalah pihak yang pertama melancarkan serangan dengan menaikkan tarif impor, bukan Tiongkok. AS adalah pihak yang berulang kali bersiasat melancarkan tekanan ekstrem, bukan Tiongkok. AS adalah pihak yang terus maju-mundur dan tidak mengedepankan itikad baik dalam perundingan, bukan Tiongkok. Pemerintah AS sepenuhnya bertanggung jawab untuk kemunduran besar dalam negosiasi dagang antara kedua negara.

Semua tindakan Tiongkok hingga saat ini sepenuhnya adalah respons terhadap perlakuan AS yang tidak beralasan itu, sepenuhnya merupakan upaya Tiongkok untuk membela diri. Sikap Tiongkok ini adalah demi melindungi kepentingan Tiongkok sendiri yang legal dan sah, sekaligus untuk melindungi paham multilateralisme dan sistem perdagangan bebas. Hubungan perdagangan antara AS dan Tiongkok selaku dua kekuatan ekonomi terbesar di dunia memiliki arti yang sangat penting bagi masing-masing negara, sekaligus memiliki fungsi yang signifikan bagi keseimbangan pertumbuhan ekonomi seluruh dunia. AS seharusnya bermitra dengan Tiongkok untuk bersama mengemban tanggung jawab memajukan pertumbuhan ekonomi global.

Namun AS justru bertindak semaunya sendiri, dan secara sepihak memicu perang dagang. Ketika Tiongkok mengutamakan niat baik dalam perundingan, AS justru berulang kali mengkhianati kesepahaman yang telah dicapai bersama, dan secara sepihak menaikkan tarif impor terhadap Tiongkok. Terkait perang dagang, Tiongkok sebenarnya tidak ingin berperang, namun Tiongkok juga tidak takut perang, dan Tiongkok siap berperang apabila terpaksa. Tiongkok berharap AS memahami situasi ini dan kembali pada jalur yang benar, untuk melangkah bersama Tiongkok demi mencapai kesepakatan yang saling menguntungkan berdasarkan prinsip saling menghormati.

Dapatkan Anda menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi menjelang memanasnya kembali perang dagang? AS menuduh Tiongkok telah mundur dari posisi, apakah tuduhan ini valid?

Di pihak AS terdapat sejumlah oknum yang sepertinya keliru menilai situasi, dan meremehkan keputusan dan tekad Tiongkok untuk membela hak dan kepentingan nasionalnya sendiri. Mereka terus-menerus menuntut harga yang tinggi, dan ketika Tiongkok menolak untuk memenuhi tuntutan mereka, mereka kemudian mengancam menggunakan kenaikan tarif impor.

Tiongkok senantiasa menaati komitmennya, dan justru AS yang sering berubah-ubah posisi. Pada Mei 2018, Tiongkok dan AS telah mencapai kesepakatan dalam menyelesaikan masalah perdagangan, dan kesepakatan ini telah dipublikasikan sebagai pernyataan bersama di Washington. Namun hanya berselang beberapa hari kemudian, AS sudah melanggar kesepakatan ini. Pada Desember 2018, kedua negara telah mencapai kesepakatan dalam hal angka pembelian dari Tiongkok terhadap produk AS, tetapi dalam perundingan berikutnya AS justru dengan seenaknya menaikkan harga. Tuduhan "mundur dari posisi" atau mengkhianati komitmen tentu tidak bisa dilimpahkan kepada Tiongkok. Sikap AS yang menuduh bahwa Tiongkok telah mundur dari posisi dalam perundingan adalah sikap yang tidak bertanggung jawab, dan tuduhan ini adalah "fitnah".

Apakah rakyat Tiongkok benar-benar berharap keadaan ini akan berakhir?

Dalam perang dagang tidak ada pemenang. Perang dagang tidak sesuai dengan kepentingan Tiongkok, tidak sesuai dengan kepentingan AS, dan juga tidak sesuai dengan kepentingan seluruh dunia. Tiongkok tidak ingin berperang, tetapi Tiongkok juga tidak takut untuk berperang, dan Tiongkok siap berperang apabila terpaksa. Tiongkok senantiasa menyerukan kepada AS untuk memahami situasi yang sebenarnya, kembali pada jalur yang benar, untuk melangkah bersama Tiongkok demi mencapai kesepakatan yang saling menguntungkan berdasarkan prinsip saling menghormati.

Apakah dampak perang dagang bagi perekonomian Tiongkok sendiri?

Ekonomi Tiongkok adalah bagaikan samudra luas, bukannya kolam kecil. Dari Maret 2018, gesekan perdagangan Tiongkok-AS telah berlangsung satu tahun lebih. Gesekan perdagangan ini memang menimbulkan dampak tertentu bagi pertumbuhan ekonomi Tiongkok, tetapi secara keseluruhan dampaknya masih terkendali. Ekonomi Tiongkok saat ini masih tetap bergairah. PDB Tiongkok tahun lalu bertumbuh 6,6 persen, dan ekspor bertumbuh 9,9 persen. Sedangkan dalam kuartal-I tahun ini, pertumbuhan PDB Tiongkok sebesar 6,4 persen, dan pertumbuhan ekspor sebesar 1,4 persen. Dari Januari hingga April 2019, nilai investasi asing yang terealisasi di Tiongkok mengalami pertumbuhan sebesar 6,4 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Fakta ini membuktikan bahwa perekonomian Tiongkok memiliki ketahanan yang kuat, potensi yang besar, energi yang tinggi, serta kemampuan yang semakin mumpuni dalam menghadapi serangan dari luar. Perekonomian Tiongkok memiliki momentum positif untuk mempertahankan pertumbuhan yang sehat. Prospek perekonomian Tiongkok sangat cerah.

Dapatkah Anda menjelaskan seberapa besar pengaruh pasar AS terhadap produk Tiongkok?

Pengaruhnya terbatas. Menurut data terbaru dari otoritas bea cukai Tiongkok, AS adalah mitra dagang terbesar ketiga bagi Tiongkok setelah Uni Eropa dan ASEAN. Volume perdagangan Tiongkok-AS dari Januari hingga Mei 2019 sebesar 1,42 triliun yuan, atau 11,7 persen dari total volume perdagangan internasional Tiongkok, turun 9,6 persen. Walaupun perdagangan dengan AS mengalami penurunan, namun pada periode yang sama volume perdagangan komoditas Tiongkok justru naik 4,1 persen. Ini membuktikan bahwa pasar AS tidaklah sepenting yang dibayangkan sebelumnya.

Terkait produk-produk yang terpengaruh tarif impor dari AS, apakah Tiongkok punya pasar yang baru untuk menggantikan pasar AS?

Tiongkok adalah mitra perdagangan terbesar bagi lebih dari 120 negara dan wilayah. Berbagai negara di dunia berharap memperkuat kerja sama ekonomi perdagangan dengan Tiongkok. Menurut data terkini dari otoritas bea cukai Tiongkok, dalam lima bulan pertama tahun ini, ekspor Tiongkok ke Uni Eropa, ASEAN, dan Jepang masing-masing bertumbuh sebesar 11,7 persen, 9,4 persen, dan 0,9 persen. Ekspor Tiongkok ke negara-negara yang tergabung dalam Inisiatif B&R mengalami pertumbuhan sebesar 9 persen, yang lebih tinggi daripada tingkat pertumbuhan ekspor Tiongkok secara global. Namun di pihak lain, Tiongkok sendiri juga adalah sebuah pasar raksasa.

Ketika Tiongkok membuka pasar di luar negeri, pada saat bersamaan Tiongkok juga terus mengembangkan potensi pasar di dalam negeri, serta memperluas keterbukaan pasar Tiongkok seluas-luasnya terhadap dunia luar. Langkah ini menciptakan interaksi yang semakin positif antara Tiongkok dengan dunia.

Konon banyak investor Tiongkok yang mulai hengkang dari AS?

Dunia usaha menyatakan suara dengan kaki mereka. Kenaikan tarif impor yang diterapkan pemerintah AS terhadap produk Tiongkok telah menghambat kerja sama investasi dan perdagangan antara kedua pihak. Sikap AS ini juga telah berdampak pada kepercayaan pasar dan stabilitas operasional perekonomian kedua negara, bahkan seluruh dunia. Faktor ketidakpastian akibat gesekan perdagangan antara Tiongkok dan AS telah menyebabkan kalangan bisnis di kedua negara mengambil sikap wait and see untuk berinvestasi. Investasi Tiongkok ke AS terus menurun, sedangkan pertumbuhan investasi AS ke Tiongkok juga mengalami penurunan yang signifikan.

Menurut data Tiongkok, nilai investasi langsung perusahaan Tiongkok ke AS pada tahun 2018 sebesar US$ 5,79 miliar, menurun 10 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Nilai investasi real AS ke Tiongkok pada tahun 2018 sebesar US$ 2,69 miliar, dengan tingkat pertumbuhan hanya 1,5 persen, jauh lebih rendah dibanding tingkat pertumbuhan pada tahun 2017 yang sebesar 11 persen. Fakta ini membuktikan bahwa tindakan AS menaikkan tarif impor bukan hanya merugikan negara lain, tetapi juga tidak membawa keuntungan bagi mereka sendiri.

Strategi apa yang sedang dirancang Tiongkok untuk menghadapi dampak merugikan dari perang dagang ini?

Jika mereka menginginkan perang dagang, maka Tiongkok akan terus berperang, bahkan sampai penghabisan. Namun jika mereka ingin berunding, maka pintu Tiongkok terbuka lebar. Ke arah mana pun situasi ini akan berkembang, Tiongkok akan terus memperjuangkan yang terbaik bagi dirinya sendiri. Memperkuat diri melalui keterbukaan terhadap dunia luar, adalah jalan yang fundamental untuk menghadapi gesekan perdagangan. Pada saat bersamaan, itikad Tiongkok untuk menyelesaikan masalah melalui jalur perundingan adalah itikad yang tulus dan serius. Tiongkok menyerukan kepada AS untuk memahami situasi yang sebenarnya, kembali pada jalur yang benar, untuk melangkah bersama Tiongkok demi mencapai kesepakatan yang saling menguntungkan berdasarkan prinsip saling menghormati.

Apakah gesekan ekonomi antara Tiongkok dan AS ini berdampak bagi mitra dagang yang lainnya, termasuk Indonesia?

Dampak itu ada pada berbagai aspek. Terkait hal ini, yang lebih berhak berbicara dibanding kami adalah pemerintah Indonesia, dunia bisnis Indonesia, dan masyarakat Indonesia sendiri. Namun kami juga memperhatikan sejumlah analisa terkini yang dikeluarkan pemerintah maupun kalangan bisnis Indonesia mengenai dampak dari gesekan perdagangan Tiongkok-AS terhadap Indonesia. Tindakan AS yang membangkitkan perang dagang dengan Tiongkok telah merugikan sistem perdagangan multilateral, serta telah membawa tantangan serius bagi pemulihan ekonomi global. Perang dagang ini juga menimbulkan tekanan eksternal terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia, di samping tantangan terhadap perdagangan luar negeri dan stabilitas nilai tukar mata uang. Semua ini bukanlah hal-hal yang diharapkan oleh Tiongkok.
Sebagai mitra dagang terbesar bagi Indonesia sekaligus pasar konsumen terbesar di dunia, Tiongkok berharap untuk meningkatkan kerja sama dengan Indonesia di berbagai sektor ekonomi perdagangan, untuk bersama melawan unilateralisme dan proteksionisme, serta untuk membela sistem perdagangan multilateral. Tiongkok juga bersedia mengeksplorasi kerja sama perdagangan yang lebih luas dan mendalam dengan Indonesia, demi membantu Indonesia mengatasi tantangan yang dihadapi.

Bagaimana Anda menilai Teori Benturan Peradaban antara Tiongkok dan AS "clash of civilizations with China" sebagaimana yang dihembuskan oleh para petinggi AS?

Yang disebut "Teori Benturan Peradaban" itu sepenuhnya keliru. Indonesia adalah masyarakat yang sangat plural. Rakyat Indonesia memiliki pemahaman yang mendalam terhadap keberagaman peradaban dan keharmonisan dalam perbedaan. Pada lambang negara Indonesia tertulis semboyan "Bhinneka Tunggal Ika", yang menyatakan persatuan dalam keberagaman. Tiongkok juga demikian. Tiongkok senantiasa menekankan prinsip "harmoni dalam perbedaan". Dalam Konferensi Dialog Peradaban-peradaban Asia yang belum lama berselang digelar di Beijing, Presiden Tiongkok Xi Jinping mengemukakan, "Manusia hanyalah berbeda dalam hal warna kulit dan bahasa. Peradaban hanya berbeda dalam hal warna, dan mutlak tidak bisa dibedakan mana yang tinggi atau rendah, mana yang superior atau inferior. Menganggap ras sendiri atau peradaban sendiri lebih mulia daripada orang lain, atau memaksa mengubah bahkan menyubstitusi peradaban lain, adalah pemahaman yang bodoh, dan adalah tindakan yang menimbulkan bencana!" Di antara negara-negara, bangsa-bangsa, dan peradaban-peradaban yang berbeda hendaknya dipelihara sikap saling menghormati, memperlakukan satu sama lain dengan setara, terbuka, inklusif, serta mau saling belajar dan bercermin. Yang disebut "Teori Benturan Peradaban Tiongkok-AS" itu penuh corak rasisme, serta telah mendapat kritikan luas dari masyarakat internasional.
Tiongkok dan Indonesia memiliki kedekatan secara geografis, keeratan hubungan antar-masyarakat, serta kontak pertukaran yang kuat di bidang budaya. Kedua negara saling menghormati, saling memahami, dan saling percaya satu sama lain. Antara Tiongkok dan Indonesia sejak dahulu tidak pernah ada yang namanya benturan atau konfrontasi peradaban itu. Komunikasi, refleksi, dan perpaduan yang berlangsung selama ribuan tahun membuat peradaban Tionghoa dan peradaban Indonesia saling memperindah satu sama lain, sehingga menjadi teladan bagi komunikasi peradaban dunia. Menghadapi masa depan, kedua negara kita hendaknya terus meningkatkan kepercayaan, inklusivitas, serta terus bahu-membahu untuk menambah warna-warni indah bagi taman bunga rampai peradaban dunia.

Dapatkan Anda dengan singkat merespons laporan media Barat tentang pusat pelatihan vokasional Xinjiang Tiongkok dan kritikan terkait kebebasan beragama bagi umat Muslim?

Rumor ditolak orang cerdas! Sebagian besar pelaporan media Barat tidak sesuai dengan realitas, dan kritikan mereka juga tidak berdasar. Sejak tahun lalu, segelintir negara Barat telah sengaja mengingkari fakta, menggunakan media untuk membelokkan dan menyerang upaya deradikalisasi yang dilakukan Tiongkok di Xinjiang. Mereka menciptakan dan menyebarkan rumor untuk merusak kesatuan negara dan keutuhan wilayah Tiongkok. Mereka juga menghasut untuk merusak hubungan persahabatan antara Tiongkok dengan dunia Muslim, termasuk Indonesia. Tiongkok telah berusaha menjelaskan dan mengklarifikasi keadaan melalui berbagai saluran.
Masalah Xinjiang berhubungan dengan kepentingan utama negara Tiongkok. Masalah Xinjiang bukankah masalah agama, melainkan masalah politik. Ini adalah masalah kesatuan atau perpecahan, perdamaian atau konfrontasi kekerasan. Masalah Xinjiang adalah masalah prinsipiil utama yang berkaitan dengan keamanan kedaulatan dan keutuhan wilayah teritorial Tiongkok. Sejumlah negara menggunakan yang disebut Masalah Xinjiang itu untuk menyerang dan mencoreng citra Tiongkok. Tujuan akhir mereka adalah untuk mendukung kekuatan ekstremis teroris dan separatis di dalam negeri Tiongkok, demi menghambat kemajuan Tiongkok.

Tiongkok senantiasa saling mendukung dan tulus bekerja sama dengan dunia Muslim termasuk Indonesia. Hubungan ini membuat Tiongkok dan dunia Muslim bisa memelihara koordinasi dalam menyelesaikan masalah-masalah penting yang menjadi perhatian bersama di tingkat regional maupun global. Sepanjang tahun ini, saya telah berulang kali melakukan komunikasi luas dengan berbagai kalangan di Indonesia, mulai dari pemerintah pusat, parlemen, pemerintah daerah, media, pemuka masyarakat, pemuda, mahasiswa, dan lain-lain. Pemerintah Tiongkok dan Kedutaan Besar Tiongkok juga mengundang pemimpin keagamaan dan representasi media dari Indonesia untuk mengunjungi Xinjiang secara langsung, demi menjelaskan kepada publik Indonesia mengenai kebijakan keagamaan Tiongkok dan keadaan Xinjiang yang sebenarnya. Setelah berbagai kalangan di Indonesia itu memahami realitas yang sebenarnya, mereka umumnya setuju bahwa realitas bukanlah sebagaimana yang digambarkan oleh media-media Barat itu.

Hide Ads