BI Siap Turunkan Bunga, Asal...

BI Siap Turunkan Bunga, Asal...

Sylke Febrina Laucereno - detikFinance
Jumat, 21 Jun 2019 08:31 WIB
Halaman ke 1 dari 3
1.

BI Siap Turunkan Bunga, Asal...

BI Siap Turunkan Bunga, Asal...
Jakarta - Bank Indonesia (BI) pada rapat dewan gubernur (RDG) Juni 2019 memutuskan untuk menahan suku bunga acuan di level 6%. Dengan deposit facility 5,25% dan lending facility 6,75%.

Bank sentral menyebut memiliki ruang untuk penurunan suku bunga acuan. Namun hanya menunggu waktu yang tepat.

Memang, BI sudah delapan bulan tak mengubah suku bunga acuan. Berikut berita selengkapnya:
Gubernur BI Perry Warjiyo menjelaskan dalam menetapkan suku bunga, bank sentral selalu mencermati perkembangan ekonomi global dan ekonomi Indonesia. Menurut dia saat ini perekonomian masih akomodatif dan tingkat inflasi masih rendah.

Perry menambahkan, satu bulan ini kebijakan moneter sudah direalisasikan. Selain itu juga ada upaya penambahan likuiditas melalui operasi moneter yang menambah memastikan kecukupan likuiditas di pasar uang dan perbankan.

"Menurunkan suku bunga itu arah ke depannya akan diturunkan, timing (waktunya) sudah ada," kata Perry di Gedung BI, Jakarta, Kamis (20/6/2019).

Dia mengungkapkan, jika dilihat kondisi pasar keuangan global sampai sekarang dan beberapa waktu ke depan masih akan dipengaruhi oleh eskalasi hubungan dagang Amerika Serikat (AS) dan China serta sejumlah negara yang memberikan sentimen risk on dan risk off untuk aliran modal asing yang masuk. Hal tersebut menurut Perry akan mempengaruhi surplus neraca modal dan defisit transaksi berjalan.

"Kalau ditanya apa yang ditunggu, ya itu yang ditunggu. Berbagai kebijakan kebijakan inflasi ke depan berbagai ekonomi ke depan dalam menentukan pertimbangan suku bunga," imbuh dia.

Rapat Dewan Gubernur (RDG) periode 19-20 Juni 2019 memutuskan untuk mempertahankan BI 7-day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 6%, suku bunga deposit facility sebesar 5,25% dan suku bunga lending facility sebesar 6,75%.

Untuk menambah ketersediaan likuiditas perbankan dalam pembiayaan ekonomi, Bank Indonesia memutuskan untuk menurunkan Giro Wajib Minimum (GWM) Rupiah untuk Bank Umum Konvensional dan Bank Umum Syariah/Unit Usaha Syariah sebesar 50 bps sehingga masing-masing menjadi 6,0% dan 4,5%, dengan GWM Rerata masing-masing tetap sebesar 3,0%, berlaku efektif pada 1 Juli 2019.

BI akan menurunkan rasio Giro Wajib Minimum (GWM) Primer sebesar 50 basis poin (bps). Untuk bank konvensional menjadi 6% dan bank syariah (bank umum syariah dan unit usaha syariah) 3,5%. Ini berlaku pada 1 Juli 2019 mendatang.

GWM primer adalah simpanan wajib yang disetorkan oleh bank dan disimpan dalam rekening giro di BI. Simpanan GWM primer ditetapkan dari besaran dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun oleh perbankan.

Gubernur BI Perry Warjiyo menjelaskan dengan pelonggaran GWM primer tersebut maka bisa mendorong kontribusi kredit perbankan untuk pertumbuhan ekonomi nasional.

"Dari pantauan sebulan ini, kebijakan moneter yang akomodatif direalisasikan sekarang. Sudah kami sampaikan dapat berupa penambahan likuiditas melalui strategi operasi moneter yang menambah memastikan kecukupan pasar uang dan perbankan," kata Perry dalam konferensi pers di Gedung BI, Jakarta, Kamis (20/6/2019).

Dia menjelaskan, pertumbuhan kredit perbankan diharapkan bisa tumbuh lebih optimal. Target BI untuk pertumbuhan kredit adalah 10-12%, ini lebih tinggi dibandingkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang melakukan revisi ke 9-11%.

"Seluruh bank naik likuiditasnya. Ada Rp 25 triliun tambahan likuiditas, diharapkan kepada bank untuk disalurkan ke kredit dan bisa mendorong perekonomian dan ini akan terus bergulir," imbuh dia.

Menurut Perry saat ini pertumbuhan ekonomi belum tumbuh cepat, hal ini akibat perang dagang AS-China. Pada kuartal II-2019, Perry menyebut perekonomian masih bertengger pada level 5,07% year on year (yoy).

"Faktornya apa, sumber pertumbuhan di kuartal II kita adalah dari konsumsi rumah tangga, investasi bangunan. Apalagi juga bersamaan dengan Ramadhan dan Idul Fitri, daya beli terjaga terutama sejalan dengan progres pembangunan infrastruktur. Sementara ekspor masih terjadi penurunan di triwulan II-2019," ujarnya.

Sedangkan di keseluruhan tahun BI memandang pertumbuhan ekonomi akan berada di antara 5-5,2 % atau lebih rendah dari titik tengah proyeksi awal di 5-5,4%. Sementara, defisit transaksi berjalan pada 2019 diperkirakan sebesar 2,5-3% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).

Dengan dipertahankannya suku bunga acuan BI di level 6%, maka suku bunga penyimpanan dana perbankan di BI (deposit facility) tetap sebesar 5,25%, dan suku bunga penyediaan dana BI ke perbankan (lending facility) tetap sebesar 6,75%.

Hide Ads