Ekatmawati mengatakan bahwa pembangunan desa termasuk di dalamnya sektor wisata juga dilatarbelakangi Nawacita ke-3 yaitu membangun dari pinggiran. Ia pun menyebut Kabupaten Banyuwangi cukup baik untuk menjadi contoh pengembangan wisata desa.
"Dalam upaya pembangunan desa di sektor wisata menjadi langkah yang cukup baik untuk belajar dari Kabupaten Banyuwangi. Perlu dipelajari karena kabupaten ini bisa setenar saat ini di mana wisata yang ada di sini sudah terkenal di internasional, memiliki 99 event yang bisa dilihat di web apa saja event tersebut. Karena itu kita ingin menggali dan belajar dari Banyuwangi," kata Ekatmawati, dalam keterangan tertulis, Kamis (27/6/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat Rapat Koordinasi mengenai Penguatan Ekonomi Desa melalui Pengembangan Desa Wisata di El Royal Hotel Banyuwangi, Rabu (26/6) itu, Ekatmawati mengatakan pengembangan wisata ini juga merupakan cara membangun kemandirian dan kesejahteraan desa. Dalam hal ini, desa harus belajar menggali dan memanfaatkan potensi yang ada di desa masing-masing.
"Kemendes nantinya akan memberi pengarahan pada desa-desa tersebut dalam memanfaatkan potensi yang ada," ujarnya.
Rapat yang digelar oleh Biro Perencanaan Sekretariat Jenderal Kemendes PDTT, khususnya Unit Kerja Pengembangan Inovasi Desa dan Pengelolaan Pembangunan Desa (UKPID-P2D) ini dinilai penting sebagai upaya untuk menggali potensi wisata seluruh desa di Indonesia.
"Karena itulah rapat koordinasi ini menjadi penting untuk mencari dan menggali potensi wisata yang ada di desa di Indonesia yang jumlahnya mencapai angka lebih dari 70 ribu desa," katanya.
Ekatmawati menambahkan hasil rakor ini sangat diperlukan untuk disusun dan kemudian direkomendasikan ke menteri yang memiliki tugas terutama mengarahkan penggunaan dana desa. Selain itu, juga bisa digunakan untuk apa saja termasuk di dalamnya pembangunan wisata di desa.
Dalam kesempatan yang sama, Kepala Dinas PMD Kabupaten Banyuwangi Kusyadin mengatakan desa wisata yang ada di Banyuwangi akan sangat terbantu perkembangannya dengan diadakannya acara seperti rapat koordinasi seperti yang diadakan Kemendes ini.
"Acara yang diadakan di Banyuwangi yang kemudian memperkenalkan desa wisata yang ada di sini juga merupakan bentuk dari implementasi pengembangan dari desa wisata. Maksudnya desa wisata yang arahnya wisata desa,"katanya.
Menurutnya, secara kelembagaan memang belum banyak desa yang menjadi desa wisata di Banyuwangi akan tetapi melihat pernik-pernik potensi wisata yang ada, banyak desa yang sudah memenuhi persyaratan sebagai desa wisata.
"Kesiapan Banyuwangi dengan sektor wisata terutama desa wisata bisa dilihat dari bandara yang ada di Banyuwangi. Bandara Banyuwangi internasional sudah lebih baik dari sebelumnya," ujarnya.
"Sudah ada penerbangan langsung dari Jakarta, Surabaya bahkan dari Kualalumpur, dan dalam waktu dekat akan dibuka penerbangan langsung dari Manado dan Makasar. Berdasar data yang ada, dalam satu hari, bandara menerima 1.000-1.200 orang paling tinggi 1.400 orang yang berkunjung ke Banyuwangi," imbuhnya
Guna menambah pesonanya, lanjut Kusyadin, Kabupaten Banyuwangi akan terus menambah event-event baik yang berskala nasional dan internasional yang kesemuanya akan melibatkan masyarakat desa yang notabene adalah masyarakat yang tinggal di desa wisata atau yang belum menjadi desa wisata.
"Selain itu juga, menambah wisata kuliner dan penginapan-penginapan yang ada," katanya. Baca berita lainnya dari Kemendes PDTT di sini.
(mul/ega)